TY - THES N1 - Dr.Inayah Rohmaniyah S.Ag,M.Hum.,M.A ID - digilib39167 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39167/ A1 - Gita Septia Rini Sabin, NIM : 16540028 Y1 - 2020/02/11/ N2 - Pada umumnya perempuan yang sudah berkeluarga diwajibkan untuk mengurus rumah, memelihara anak, merawat suami dan semua urusan domestik dibebankan pada pihak perempuan karena anggapan dalam masyarakat bahwa perempuan memiliki sifat yang rajin, pintar memasak, dan lemah lembut. Namun berbeda pada fenomena perempuan buruh gendong yang menjual jasanya untuk mengangkut barang belanjaan milik pelanggan. Pekerjaan buruh gendong ini identik dengan laki-laki karena pekerjaan ini memerlukan tenaga fisik yang kuat untuk mengangkut beban berat. Melihat fenomena perempuan menjadi buruh gendong, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai konstruksi gender yang terjadi pada perempuan pekerja buruh gendong tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan metode analisis data kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan yaitu observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi pada buruh gendong yang berjumlah lima orang dan kuli gendong berjumlah tiga orang di lingkungan Pasar Giwangan sebagai sumber data primer ditambahkan dengan sumber data sekunder dari skripsi, buku, jurnal dan majalah yang berkaitan dengan penelitian penulis. Penelitian ini menggunakan teori konstruksi gender dan diskriminasi gender. Dari penelitian ini ditemukan bahwa konstruksi buruh gendong di Pasar Giwangan adalah: Pertama, perempuan buruh gendong dianggap sebagai perempuan yang kuat dan mandiri, pekerjaan domestik dilakukan secara bersama dengan keluarga yang tinggal di Pasar Giwangan namun pekerjaan domestik dibebankan seutuhnya kepada perempuan jika berada di kampung halaman dan sedang tidak bekerja menjadi buruh gendong. Kedua, laki-laki lebih kuat daripada perempuan sehingga menimbulkan upah yang berbeda. Ketiga, laki-laki lebih sering digunakan jasanya dibanding perempuan karena viii anggapan bahwa perempuan itu lemah. Keempat, perempuan bekerja dianggap hanya sebagai membantu perekonomian keluarga walaupun mereka sudah menyumbang dana yang cukup besar untuk keluarga selain itu perempuan yang bekerja harus meminta keputusan dari pihak suami terlebih dahulu. Hasil dari konstruksi ini menimbulkan diskriminasi gender berupa marjinalisasi, subordinasi, stereotipe, dan beban ganda terhadap perempuan. Walaupun demikian, perempuan sudah mendapatkan kesetaraan gender yaitu: mendapatkan hak bekerja, diakui kekuatannya dan pekerjaan domestik yang tidak sepenuhnya dibebankan kepada perempuan. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - Konstruksi Gender KW - Buruh gendong KW - Diskriminasi M1 - skripsi TI - KONSTRUKSI GENDER BURUH GENDONG PEREMPUAN DI PASAR GIWANGAN YOGYAKARTA AV - restricted ER -