%0 Thesis %9 Skripsi %A Qurrotu A’yunina, NIM. 16720037 %B Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora %D 2020 %F digilib:39782 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA %K Komunitas Aboge, Eksistensi , Regenerasi, dan Tradis %P 104 %T EKSISTENSI KOMUNITAS ABOGE DI DESA KEDUNGBANTENG KECAMATAN BAKUNG KABUPATEN BLITAR %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39782/ %X Komunitas Aboge merupakan sekumpulan masyarakat yang identik dengan kepercayaan terhadap hal-hal mistik yang sangat kental dengan kebudayaan kejawen. Di era globalisasi ini, mayoritas anggota komunitas Aboge berasal dari kalangan tua, sedangkan yang berasal dari kalangan muda dapat dihitung dengan jari. Semakin berkurangnya jumlah kalangan muda pada komunitas Aboge, tentu saja menunjukkan adanya ancaman atas eksistensi komunitas tersebut. Penelitian ini mencoba untuk menjelaskan dan menganalisis mengenai eksistensi komunitas Aboge di Desa Kedungbanteng Kecamatan Bakung Kabupaten Blitar, yang tidak bisa lepas dari fenomena tersebut. Pengumpulan data lapangan dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara mendalam terhadap 10 informan, yang terdiri dari sesepuh komunitas Aboge, anak cucu komunitas Aboge, dan masyarakat yang bukan dari komunitas Aboge. Hasil wawancara tersebut, selanjutnya dianalisis dengan teori sosialisasi Peter L. Berger menggunakan metode analisis data Milles dan Hubberman, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian mengungkapkan bahwa di era globalisasi ini keberadaan komunitas Aboge mengalami ancaman yang cukup serius. Hal tersebut dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu aspek teknologi, aspek pendidikan, dan aspek urbanisasi. Pertama aspek teknologi, perkembangan dalam bidang teknologi menawarkan berbagai macam manfaat bagi masyarakat terbukti dengan adanya kemudahan dalam mengakses informasi. Hal tersebut berdampak kepada perubahan pola pikir masyarakat yang lebih terbuka, tak terkecuali anak cucu dari komunitas Aboge. Kedua aspek pendidikan, saat ini orang tua Aboge membebaskan anak cucunya untuk menempuh pendidikan di sekolah mana pun. Dari situ ada beberapa anak cucu komunitas Aboge yang menempuh pendidikan di pondok pesantren. Notabene merupakan lembaga pendidikan berbasis agama. Hal tersebut mempengaruhi pola pikir anak cucu komunitas Aboge yang menjadi lebih rasional mengenai keyakinan. Ketiga aspek urbanisasi, adanya perkembangan teknologi dan pendidikan mendorong seseorang untuk melakukan perubahan dalam kehidupan mereka. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kedungbanteng yang berbondong-bondong melakukan urbanisasi untuk menempuh pendidikan maupun mencari pekerjaan. Banyak dari anak cucu komunitas Aboge juga melakukan urbanisasi, bahkan ada beberapa yang menikah dan menetap di kota. Sehingga mereka tidak lagi mengikuti jejak orang tuanya menjadi Aboge. %Z Achmad Zainal Arifin, S.Sos., M.A., Ph.D