@article{digilib39824, volume = {23}, number = {1}, month = {June}, author = {Rozian Karnedi and - Suryadi and - Muhammad Alfatih Suryadilaga}, title = {THE ARGUMENT OF AHAD HADITH IMPLEMENTATION IN INTERPRETING THE DEATH OF PROPHET ISA ACCORDING TO MAHMUD SYALTUT AND SIRADJUDDIN ABBAS}, publisher = {JOURNAL MADANIA}, year = {2019}, journal = {JOURNAL MADANIA}, pages = {105--116}, keywords = {hadis ahad; penafsiran; wafat Nabi Isa.}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39824/}, abstract = {Polemik Penggunaan Hadis Ahad Dalam Menafsirkan Kewafatan Nabi Isa Menurut Mahmud Syaltut Dan Siradjuddin Abbas. Artikel ini bertujuan untuk membahas beberapa perbedaan antara Mahmud Shaltut dan Siradjuddin Abbas dalam menafsirkan ayat-ayat tentang wafatnya Nabi Isa. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana mereka menginterpretasikan, metode apa yang mereka gunakan, dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi perbedaan tersebut. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa Mahmud Shaltut menafsirkan istilah tawaffa (Q.S. Imr{\^a}n [3] ayat 55) dan tawaffaitan{\^i} (Q.S. al-Maidah [5] ayat 117) sesuai dengan makna asli, yaitu ?wafat?. Sebaliknya, Siradjuddin Abbas menafsirkan istilah tawaffa dengan ?menggenggam?. Perbedaan-perbedaan ini disebabkan karena Siradjuddin Abbas menggunakan metode tafsir bi al-riwayah dan memahaminya dengan hadis-hadis sahih. Sedangkan Mahmud Syaltut menggunakan metode tafsir bi al-ra?yi dan tidak menggunakan hadis.Sebagai tokoh reformis di Mesir, penafsiran Mahmud Syaltut dipengaruhi oleh pendapat Muhammad Abduh yang menolak penggunaan hadis ahad dalam pembahasan keyakinan/ akidah. Sementara Siradjuddin Abbas, sebagai tokoh Islam tradisional di Indonesia, berupaya menolak pemikiran Muhammad Abduh karena itu bertentangan dengan paham ahl al-sunnah wa al-jamaah yang dia ikuti.} }