@manual{digilib39993, type = {Documentation}, title = {ANALISIS KOMPETENSI IPA: PERBANDINGAN MAHASISWA PGMI UIN SUKA DAN SUSKA}, author = {- Fitri Yuliawati and - M. Agung Rokhimawan and - Izzatin Kamala and - Sulistyowati}, address = {Yogyakarta}, publisher = {Kajian Strategis Nasional UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta}, organization = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, keywords = {kompetensi IPA}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/39993/}, abstract = {Salah satu mata kuliah yang ada di PGMI adalah IPA MI/SD. Sehingga IPA MI/SD juga harus dikuasi oleh semua mahasiswa PGMI program sarjana. Mata kuliah IPA tersebut terdiri dari IPA 1, IPA 2 dan IPA 3. Total dari SKS tersebut 10 sks. Menurut Mahasiswa Mata Kuliah IPA dianggap sebagai mata kuliah yang paling susah. Mundilarto (2001: 3) dalam hasil penelitiannya menunjukkan, bahwa ?Kecenderungan rendahnya mutu pendidikan terutama pada mata pelajaran IPA semakin terlihat jelas pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi?. Faktor yang mempengaruhi mahasiswa merasa kesulitan dalam proses perkuliahan IPA adalah latar belakang pendidikan mahasiswa sebelumnya. Latar belakang mahasiswa PGMI berasal dari berbagai jurusan yang ada di Sekolah Menengah Atas (SMA) baik jurusan IPA, IPS, Bahasa, Agama maupun berasal dari sekolah kejuruan. Walaupun IPA sudah diajarkan mulai Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) bahkan sampai Sekolah Menengah Atas (SMA), tetapi pemilihan penjurusan di SMA juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap daya serap mahasiswa terhadap matakuliah ini. Karakteristik proses belajar siswa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, karena IPA sendiri merupakan proses penguasaan pengetahuan baik berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip melalui proses penemuan yang didasari oleh sikap ilmiah. Dari karakteristik tersebut, IPA dapat diartikan sebagai suatu proses/metode penyelidikan (inquiry methods) meliputi cara berpikir, sikap, dan langkah-langkah dari kegiatan saintis yang tujuannya untuk memperoleh produk-produk IPA, misalnya observasi, pengukuran, merumuskan dan menguji hipotesis, mengumpulkan data, berexperimen, dan prediksi (Prasetyo, 2013). Kompetensi IPA penting untuk dikuasai oleh guru maupun calon guru SD/MI, terdapat pengaruh yang signifikan jika guru tidak menguasai kompetensi IPA. Terbukti dalam penelitian yang dilakukan oleh Asrial dkk, bahwasanya skor kompetensi pedagogik yang diperoleh jika guru tidak mempunyai kompetensi IPA diperkirakan memeroleh 4,5. Namun jika seorang guru mempunyai kompetensi IPA maka skor pedagogik yang dimiliki diperkirakan 0,4 atau sama dengan 40\%. Dengan demikian, jika guru atau calon guru tidak menguasai kompetensi IPA maka akan mempengaruhi kompetensi pedagogik. Dampaknya guru tidak dapat menyampaikan materi secara maksimal kepada siswa, dan siswa tidak dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru.} }