@mastersthesis{digilib40275, month = {May}, title = {KISAH NABI YUSUF AS DALAM TERJEMAH ALQUR?AN JACQUES BERQUE Telaah Problem Penerjemahan Al-Qur?an ke dalam Bahasa Prancis}, school = {UIN Sunan Kalijaga}, author = {1520010094 ALI HIFNI}, year = {2019}, note = {Prof. Dr.Phil. Almakin, MA.}, keywords = {Penerjemahan al Qur'an, hermeneutika, Jacques Berque, Kisah Nabi Yusuf}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40275/}, abstract = {Le Coran: Essai de traduction de l?arabe; annot{\'e} et suivi d?une {\'e}tude ex{\'e}g{\'e}tique adalah karya terjemah Al-Qur?an oleh Jacques Berque dalam bahasa Prancis yang menjadi kajian utama tesis ini. Berque menawarkan cara pandang baru terhadap pembacaan Al-Qur?an, sehingga membuka peluang untuk lahirnya hasil terjemahan berbeda dibandingkan terjemahan dalam bahasa Prancis yang sudah beredar sebelumnya, seperti milik R{\'e}gis Blach{\`e}re atau Kazimirski. Pilihan kajian pada surat Yusuf adalah bahwa surat ini merupakan satu-satunya surat dengan struktur utuh dalam menyajikan kisah dalam Al-Qur?an. Jacques Berque melihat susunan struktur Al-Qur?an seperti persilangan ornamen karpet Maghribi, sesuatu yang ia sebut sebagai sebuah ?tertib sinkronik?. Dari pengamatannya, ia melihat banyak hal yang saling bertautan meski sepintas terlihat acak, seperti soal tema utama surat, keunikan peletakan ayat, sampai bagaimana ia menarik makna suatu kata. Berque juga menukil pendapat mufassir klasik, sehingga tetap memelihara tradisi klasik Islam sembari menambahkan khazanah baru dalam penerjemahan. Latar belakangnya sebagai pakar bahasa Arab, sejarah, dan sosiologi, sangat mewarnai bagaimana cara ia menerjemahkan Al-Qur?an. Di sisi lain, ia adalah seorang Katolik, namun lahir dan tumbuh besar di Aljazair sebagai negara dengan tradisi Islam, lalu berkembang di Prancis. Artinya, ia berdiri di dua sisi sekaligus, di dunia Islam sehingga memahami tradisi Islam, dan di dunia Katolik dengan tradisi Biblikalnya. Efeknya, saat menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur?an yang juga beririsan dengan tradisi Torah, ia memiliki dua sisi cara pandang sekaligus, dan selalu berusaha untuk tetap obyektif saat melakukan penerjemahan. Pemilihan analoginya tentang persilangan-persilangan dalam Al-Qur?an dengan kosa kata ?Karpet Maghribi?, mencerminkan dari mana ia berasal, yakni daerah Afrika Utara, Aljazair, yang akrab dengan karpet Maghribi. Bila ia berasal dari Indonesia, boleh jadi ia akan menyebutnya dengan ?Ornamen Batik?. Dalam teori Pierre Bourdieu, hal ini dinamakan sebuah ?Habitus?. Lebih jauh, hasil karyanya merupakan gambaran di mana ?Arena? Berque bertarung. Dengan ?Modal?-nya sebagai penggiat studi Islam, pakar bahasa arab, sejarawan, dan sosiolog, ia menelurkan terjemah Al-Qur?an bagi pembaca Francophonie. Berque juga menunjukkan ?Distinction? dalam bentuk cara menerjemahkan, penyajian, bahkan dari judul karya itu sendiri. Kajian seperti ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan di Indonesia, khususnya dalam domain Tafsir Al-Qur?an. Fakta bahwa Jacques Berque adalah Katolik dapat memantik kesadaran menelaah kajian ilmu sebaik mungkin tanpa fanatisme berlebihan, sebelum memilah bagian yang sesuai atau berlawanan dengan ajaran Islam. Dengan demikian, ?membaca? adalah kata kunci utama dalam menelaah ilmu apapun, termasuk penerjemahan Al-Qur?an, persis seperti kata dalam Al-Qur?an yang pertama kali turun kepada manusia, ?Iqra? bismi rabbika alladzi khalaq!?} }