TY - THES N1 - DR. H. Abdul Mustaqim, S. Ag., M. Ag ID - digilib40583 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40583/ A1 - Wendi Parwanto, NIM : 17205010012 Y1 - 2019/04/01/ N2 - Tafsir Indonesia yang lahir di abad ke-20 M, umumnya menampilkan sisi kemodernannya, baik dari segi aksara, bahasa dan tipologi penafsirannya. Berbeda dengan tafsir Surat Tujuh karya M. Basiuni Imran, tafsir ini lahir di abad 20 M, namun masih menggunakan aksara dan bahasa tafsir Indonesia klasik, yaitu menggunakan aksara Jawi, bahasa Melayu, serta dengan tipologi tafsir yang masih sederhana. Di sisi lain, tafsir yang ditulis oleh mufassir Indonesia, idealnya menapilkan ciri khas lokalitas masyarakat Indonesia dalam suguhan konten penafsirannya. Namun tidak pada tafsir Surat Tujuh, tafsir ini cenderung mengusung konsep tafsir Timur Tengah, yaitu hanya berkutat pada wilayah teks dan kurang mengkorelasikan pada wilayah konteks. Oleh kerena itu, maka penting mengeksplorasi tafsir ini lebih jauh, bukan hanya dari segi kemunculan tafsir, tetapi juga dari segi arkeo-genealogi intelektual muafassir, sampai pada aspek epistemologi tafsir. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library reseacrh) dengan objek penelitian tafsir Surat Tujuh karya M. Basiuni Imran. Metode yang digunakan adalah deduktif analisis serta dengan pendekatan historis-filosofis. Teori yang digunakan adalah teori genealogi Michel Foulcault dan teori epistemologi. Hasil penilitian ini adalah : Pertama, tafsir ini lahir di abad 20 M, tetapi mengusung tipologi tafsir klasik dari segi aksara, bahasa dan tipologi penafsirannya adalah dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : 1) Setting geografis mufassir, 2) Relasi dan dominasi bahasa berkembang, dan 3) Konteks islamisasi wilayah. Kedua, secara umum, genealogi pemikiran M. Basiuni Imran dalam tafsir Surat Tujuh masih cenderung menginduk kepada pemikiran M. Rasyid Ridha, karena beliau sangat responsif dan apresiatif terhadap pemikiran M. Rasyid Ridha dan literaturliteratur dari Timur Tengah. Ketiga, struktur epistemologi tafsir Surat Tujuh adalah : 1) Sumber penafsiran : al-Qur`an, hadis dan pendapat ulama ; 2) Metodologi dan prinsip-prinsip penafsiran : a) Prinsip konektivitas teks dan makna teks b) Prinsip eksplorasi makna berbasis leksikal-linguistik, c) Menggunakan metode tafsir ijmaliy (global), d) Pendekatan tafsir tekstual ; sebagai pijakan tafsir dan alternatif metodologi, serta e) Didominasi dan bertendensi kepada ide teologis yang berbasis pada purifikasi aqidah ; 3) Validitas penafsiran : a) Teori koherensi, tafsir ini cukup konsisten dalam membangun argumentasi logis-filosofisnya yaitu senantiasa menvisualisasikan konsep ar-ruju? ila al-Qur`an dalam setiap surat yang ditafsirkan, dan b) Teori pragmatis, tafsir ini cukup bermanfaat bagi masyarakat Sambas, baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis tafsir diajarkan di beberapa tempat di wilayah Sambas, seperti di Masjid Jami' Sambas, di sekolah Kuliyyatul Mubalighin dan sejumlah tempat lainnya. Sedangkan secara praktis, dengan ide utama yang ditawarkan yaitu ?ar-ruju? ila al-Qur`an?, maka tafsir ini cukup solutif dalam merespon problem realitas saat itu, yaitu untuk menguatkan, menjaga dan menfilterisasi aqidah umat Islam dari kepercayaan lokal yang masih berkembang, seperti tahayul, khurafat, bid?ah dan sejenisnya. PB - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta KW - Epistemologi KW - Tafsir Surat Tujuh KW - Muhammad Basiuni Imran KW - Kalimantan Barat M1 - masters TI - STRUKTUR EPISTEMOLOGI TAFSIR SURAT TUJUH KARYA MUHAMMAD BASIUNI IMRAN, SAMBAS, KALIMANTAN BARAT AV - restricted EP - 258 ER -