TY - THES N1 - Dr. Alim Roswantoro, M. Ag ID - digilib40658 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/40658/ A1 - Siti Amallia, NIM : 17205010007 Y1 - 2019/05/31/ N2 - Sebagai salah satu penghuni dengan populasi yang cukup besar di dunia, manusia milenial mendapatkan tantangan baru dalam merespon perkembangan teknologi. Pasalnya, teknologi yang notabenenya sebagai alat untuk mempermudah aktifitas, bagi sebagian orang justru dapat menjadi pengendali eksistensi diri. Banyak yang terlena hingga akhirnya memanfaatkan teknologi untuk hal-hal yang negatif, seperti menyebarkan hoax. Batasan masalah yang dimunculkan dalam tesis ini adalah manusia milenial dan hubungannya dengan media sosial dan internet. Dikarenakan media sosial dan internet telah menciptakan ruang virtual baru. Tidak sedikit milenialis terjerumus dalam konten-konten atau narasi yang tampil melalui media sosial. Hubungan manusia kini hanya dilihat sebatas fungsi, bukan hubungan sebagai individu yang otonom. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan metode deskriptif, analitis dan interpretasi. Objek material yang diambil adalah manusia milenial dengan berbagai macam karakteristik dan problemnya di media sosial dan internet. Sedangkan objek formalnya adalah eksistensialisme Gabriel Marcel. Dalam teorinya, Marcel memang tidak membahas secara langsung kehidupan manusia milenial, akan tetapi pemikiran eksistensialismenya memiliki kesinambungan untuk dapat digunakan sebagai perspektif analitis. Hasilnya, yang dimaksud manusia milenial tidak cukup hanya diartikan sebatas tahun kelahiran 1980-2000, tetapi lebih dari itu manusia milenial merupakan generasi yang memiliki corak pemikiran multi dimensi dan sangat akrab dengan sosial media. Karakteristiknya menyukai kebebasan dan fleksibilitas dalam bekerja, belajar, maupun berbisnis, berfikir inovatif, dan memiliki keahlian yang multitasking. Kecenderungannya menyukai hal-hal yang baru, memunculkan beberapa persoalan dalam kehidupan. Jika dilihat dari perspektif Marcel, dapat diuraikan melalui tiga poin makna hidup konkrit, yaitu: (1) ?Aku yang eksistensial? meliputi kesadaran tentang beredarnya berita hoax yang merupakan eksistensi palsu. Isu kebebasan sudah dikooptasi oleh ix narasi-narasi di media sosial. (2) ?Aku yang hadir? memberikan wacana tentang dekadensi moral manusia milenial. Demokrasi seringkali dimaknai sebagai kebebasan yang tanpa batas dengan tidak mempertimbangkan aspek nilai dan norma. Minimnya kesadaran akan keberadaan orang lain dan cenderung sibuk dengan smartphone. (3) ?Aku yang berelasi? memberikan gambaran bahwa eksistensi telah diberangus dengan narasi kebenaran posttruth. Beragama tidak harus berdasarkan kitab/ para ahli, tetapi dapat melalui media sosial yang memiliki banyak followers. Kondisi inilah yang senyatanya mengancam eksistensi manusia milenial. Pemikiran yang didigitalisasi membuat diri kehilangan eksistensi yang sesungguhnya. PB - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta KW - Manusia milenial KW - media sosial dan internet KW - eksistensialisme Gabriel Marcel M1 - masters TI - MANUSIA MILLENIAL DALAM PERSPEKTIF EKSISTENSIALISME GABRIEL MARCEL AV - restricted EP - 143 ER -