%0 Thesis %9 Skripsi %A AEP SAEPUDIN NIM : 03511397, %B Fakultas Ushuluddin %D 2010 %F digilib:4080 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Tembang Sawer %T MAKNA FILOSOFIS TEMBANG SAWER DALAM UPACARA PERKAWINAN ADAT SUNDA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4080/ %X Salah satu bagian dari rangkaian prosesi perkawinan adat Sunda adalah sawer. Bahasa-bahasa simbolik yang digunakan dalam tembang sawer memiliki keunikan tersendiri. Selain kaya identitas budaya Sunda, bait-bait dalam tembang sawer juga memiliki berbagai macam makna tersembunyi yang jika diselami mengandung norma-norma dan nilai-nilai luhur. Tembang sawer merupakan salah satu bentuk simbolisasi dari wujud kebudayaan masyarakat Sunda dengan keseluruhan filosofi hidupnya yang diwariskan secara turun-temurun. Keunikan ini membuat penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai makna filosofis dalam tembang sawer dalam upacara perkawinan adat Sunda. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran sawer dalam upacara perkawinan adat Sunda; dan bagaimanakah nilai-nilai yang terkandung dalam tembang sawer pada upacara perkawinan adat Sunda. Untuk kepentingan tersebut, dalam penelitian ini penulis menggunakan metode hermeneutika yang dipandang sebagai salah satu metode mendasar untuk memahami makna-makna dari simbol-simbol baik dalam bentuk budaya maupun dalam bentuk bahasa karena tembang terdiri dari syair-syair, terlebih dalam khazanah budaya Sunda, tembang termasuk pada prosa puisi. Adapun beberapa tahapan yang dilakukan untuk kepentingan penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data dengan cara studi naskah yang kemudian dianalisis dengan langkah-langkah; klasifikasi data, display data, interpretasi data, dan pengambilan kesimpulan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat dikemukakan bahwa pada dasarnya, tembang sawer memiliki peran mendasar dalam prosesi perkawinan adat Sunda, bahkan ia dipandang sebagai media pendidikan dan nasihat yang secara khusus ditujukan kepada mempelai dan hal ini dapat dilihat dari nilai-nilai yang dikemukakannya. Kemudian, makna filosofis digambarkan dengan nilainilai yang berasal dari pandangan hidup masyarakat Sunda itu sendiri. Secara umum, dimensi-dimensi yang dikandung terdapat tiga dimensi besar yakni; (1) dimensi ketuhanan, (2) dimensi kemanusiaan, dan (3) dimensi kealaman. Pada dimensi ketuhanan terlihat dari munculnya berbagai gagasan mengenai; eksistensi Tuhan dan ke-Mahakuasaan Tuhan. Pada dimensi kemanusiaan terlihat gagasan mengenai; perilaku suami terhadap istri, perilaku istri terhadap suami, dan perilaku keduanya (sebagai pasangan) kepada sesama manusia. Sementara itu, pada dimensi kealaman terdapat gagasan tentang;keyakinan akan hukum alam, eksistensi alam fisik dan eksistensi alam metafisik. %Z Pembimbing : Dr. H. Zuhri