relation: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4119/ title: IDEOLOGI POLITIK MELAYU ABAD KE-19 (STUDI KOMPARASI PEMIKIRAN ABDULLAH BIN ABDUL KADIR MUNSYI DAN RAJA ALI HAJI) creator: DANIEL ARIEF BUDIMAN - NIM. 05120033, subject: Sejarah Peradaban / Kebudayaan Islam description: Tradisi intelektual Nusantara memasuki abad ke-19 memperlihatkan beberapa perubahan penting. Perubahan itu dapat dilihat dari karya-karya yang muncul pada abad ini. Karya-karya intelektual pada abad ini memperlihatkan berbagai pandangan baru yang lahir sejalan dengan kondisi sosial-politik dan keagamaan di Nusantara. Pada abad ke-19, dunia Melayu menyaksikan menguatnya perkembangan berbagai orientasi ideologi politik dalam karya-karya intelektual muslim. Terdapat setidaknya dua orientasi politik yang berkembang, yakni paham kebangsaan yang mengadopsi model negara-bangsa (nation-state) seperti yang berkembang di Barat dan model restorasi kerajaan Melayu yang menghendaki model kerajaan Melayu sebelumnya untuk tatanan sosial dan politik Melayu. Perubahan orientasi politik tersebut memberikan sebuah pergeseran penting terutama dalam tradisi intelektual Melayu. Kedua ideologi tersebut kendati terkait erat tetapi melahirkan perdebatan politik yang berlangsung sangat intensif di akhir abad ke-19 dan abad ke-20. Perdebatan tersebut mengetengahkan pemikiran dua orang intelektual penggagas dari dua orientasi politik tersebut. Mereka adalah Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dan Raja Ali Haji, tokoh yang membawa pemikiran kebangsaan dan restorasi kerajaan Melayu. Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi (1797-1854 M) atau yang lebih dikenal dengan Abdullah Munsyi adalah penggagas paham kebangsaan. Melalui karya terpentingnya, Hikayat Abdullah, ia mengedepankan rumusan identitas Melayu dalam rumusan bangsa yang dipahami sebagai suku atau ras Melayu. Ia menekankan bahwa bangsa Melayu sebagai sebuah komunitas yang memiliki hak untuk terlibat menentukan format politik Melayu bukan sebagai komunitas yang berada di bawah sistem politik yang berbasis pada ideologi kerajaan. Sedangkan Raja Ali Haji (1809-1870 M) adalah intelektual kerajaan Riau-Johor yang dibesarkan di kalangan Istana. Sebagai seorang elite kerajaan, pemikirannya banyak berkisar pada upaya restorasi kerajaan dan tradisi Melayu. Dalam karya-karyanya, Tuhfat an-Nafis (Hadiah yang Berharga), Tsamarah al-Muhimmah (pahala Tugas-tugas Negara) dan Intizam Waza'if al-Malik (Peraturan Sistematis tentang Tugas Raja-Raja), semuanya menjelaskan tentang sejarah dan pemikiran politik Melayu. Bagi Raja Ali Haji kerajaan merupakan sistem politik yang tepat untuk membangun masyarakat Melayu. Dua kutub pemikiran di atas coba dikomparasikan untuk mencari titik temu diantara keduanya. Dengan menggunakan hermeneutika komparasi pemikiran kedua tokoh dianalisis melalui karya mereka yaitu Hikayat Abdullah dan Tsamarah al-Muhimmah. Dari penelitian penulis menemukan bahwa terdapat persamaan pemikiran diantara keduanya terutama perlunya bangsa Melayu memperjuangkan kemajuan bangsanya sendiri. Walaupun terdapat perbedaan pandangan mengenai konsep kerajaan dan independensi sebagai bangsa tapi pengaruh keduanya bagi dunia Melayu masih terasa sampai sekarang. div date: 2010-04-09 type: Thesis type: PeerReviewed format: text language: en identifier: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4119/1/BAB%20I%2C%20V%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf format: text language: en identifier: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4119/2/BAB%20II%2C%20III%2C%20IV.pdf identifier: DANIEL ARIEF BUDIMAN - NIM. 05120033, (2010) IDEOLOGI POLITIK MELAYU ABAD KE-19 (STUDI KOMPARASI PEMIKIRAN ABDULLAH BIN ABDUL KADIR MUNSYI DAN RAJA ALI HAJI). Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.