@incollection{digilib41752, month = {November}, author = {Bayu Mitra Adhyatma Kusuma and Theresia Octastefani}, booktitle = {COVID-19 DAN TRANSFORMASI KEBERAGAMAAN}, address = {Yogyakarta}, title = {HAK BERAGAMA, KEBIJAKAN ASIMETRIS, DAN SENSE OF CRISIS PADA MASA PANDEMI COVID-19}, publisher = {Ladang Kata dan PSDT FDK UIN Sunan Kalijaga}, pages = {184--2013}, year = {2020}, keywords = {Human Rights, Religious Rights, Asymmetric Policy, Sense of Crisis, Covid-19}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/41752/}, abstract = {Salah satu pencapaian penting yang lahir dari proses peradaban manusia adalah munculnya pemahaman dan pengakuan atas hak asasi manusia atau HAM. Sebagai pijakan awal, penulis ingin mengatakan bahwa menurut perspektif penulis konsep HAM sangatlah luhur dalam menjaga harkat dan martabat manusia, namun dalam realitanya HAM juga jamak disalahgunakan sebagai jurus untuk berkelit dari hukum maupun dimanipulasi untuk menyerang pihak lain yang berseberangan. Hal tersebut menyebabkan tafsir atas HAM terkadang menjadi bias di kalangan masyarakat awam, termasuk bila dikaitkan dengan isu Covid-19. Dalam setiap kebijakan publik yang diterbitkan oleh pemerintah mengenai upaya penanganan Covid-19, agama menjadi salah satu isu yang penting bahkan terkadang cenderung sensitif. Di satu sisi, masyarakat Indonesia memandang penting agama dan tingkat praktik agamanya juga sangat tinggi. Di sisi lain, wabah sebagai peristiwa kesehatan masyarakat memiliki implikasi amat luas yang menyentuh banyak sektor kehidupan, tak terkecuali dalam keberagamaan. Berdasarkan fakta tersebut, maka penanggulangan Covid-19 tidak bisa menggunakan kesehatan sebagai dimensi tunggal, namun juga dimensi-dimensi lain seperti sosial, budaya, ekonomi, politik, bahkan agama.} }