TY - THES N1 - Pemimbing: Dr. Muhammad Taufik, S.Ag., M.A ID - digilib42040 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42040/ A1 - SYAMSIYANI, NIM.:18205010105 Y1 - 2021/01/06/ N2 - Filsafat kebahagiaan selalu memunculkan pertanyaan filosofis antara praktis dan teoritis. Kebahagiaan menjadi menarik untuk diteliti lebih lanjut karena dari pelbagai disiplin ilmu hampir nyaris membicarakannya dengan konsep dan pendekatan masing-masing. Banyak ilmu pengetahuan yang terus membuat konsep kebahagiaan sesuai dengan pendekatan keilmuan yang ada, bahkan al Farabi yang dianggap membawa misi Barat selalu dipertentangkan dengan al Ghazali yang sebenarnya sama-sama membawa misi pemurnian pengetahuan dengan Islam, keduanya sama-sama membahas tentang kebahagiaan. Penelitian ini menjadi menarik karena keduanya berjejak dari sudut pandang yang berbeda. Al-Farabi lebih cenderung pada sisi filosofisnya yang dalam etika Majid Fakhri termasuk kategori Etika filosofis (philosophical ethis), sedangkan al-Ghazali dari sisi religius termasuk pada etika religius (religious theories). Ditengah pergulatan kehidupan yang semakin hari semakin tidak menemukan maksud-tujuan dari esensi kehidupannya di dunia, penelitian ini barangkali akan menjawab dengan menyuguhkan dua filsuf muslim antara al-Farabi dan al-Ghazali. Sehingga titik temu dan titik beda keduanya bisa terangkum menjadi satu paradigma baru. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai upaya menemukan titik temu dan titik beda dari kedua konsep kebahagiaan al-Farabi dan al-Ghazālī. Penelitian ini menggunakan kerangka teori etika Immanuel Kant dalam menganalisi s konsep kebahagiaan al-Fārābī dan al-Ghazali. Kant memiliki dua gagasan besar tentang etika kewajiban (deontologi) yaitu imperatif kategoris (categories imperative) dan imperatif hipotesis (hypotesis imperative). Kedua gagasan tersebut mengacu pada ide utama Kant mengenai kewajiban. Jenis penelitian yang digunakan adalah kepustakaan (library research) dengan sumber data primer dan sekunder. Kemudian mengklasifikasikan beberapa data serta menganalisnya dengan metode analisis interpretasi, sintesis dan komparasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, kebahagiaan menurut al-Farabi adalah absolud good yaitu kebaikan puncak atau kebaikan tertinggi karena tidak ada kebaikan lagi setelah kebahagiaan. Kebahagiaan tersebut dapat tercapai ketika masyarakat suatu Negara bahagia yang dikenal dengan Negara utama. Sedangkan kebahagiaan menurut al-Ghazali adalah kebahagiaan di akhirat pada puncak ma'rifatull?h yang hanya bisa dilalui oleh jiwa-jiwa manusia. Kedua, Adapun titik temu tentang pemikiran al-Farabi dan alGhazali adalah sama-sama menggunakan pendekatan Islam. Sama-sama menganalisis kebahagiaan sebagai tujuan akhir dari kehidupan manusia. Samasama mengintegrasikan antara Barat dengan Islam. Adapun titik beda tentang pemikiran al-Farabi dan al-Ghazali: Pertama, al-Farabi cenderung filosofis dengan rasio sedangkan al-Ghazālī cenderung religius. Kedua, kebahagiaan alFarabi bersifat sosial yang dikenal dengan negara utama sedangkan al-Ghazali bersifat individual. Ketiga, proses pencapaian kebahagiaan al-Farabi melalui empat keutamaan yaitu keutamaan teoritis, keutamaan berpikir, keutamaan moral, dan keutamaan berkreasi. Sedangkan pencapaian kebahagiaan menurut al-Ghazali dengan mengenal diri, mengenal Allah, mengenal dunia, dan mengenal akhirat. PB - UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta KW - Al-Farabi; Al-Ghazali; kebahagiaan; filsafat M1 - masters TI - PEMIKIRAN AL-FARABI DAN AL-GHAZALI TENTANG KEBAHAGIAAN (STUDI KOMPARASI) AV - restricted EP - 169 ER -