%0 Report %9 Project Report %A Masroer, - %C Yogyakarta %F digilib:42645 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Revolusi Pemikiran, Studi Islam, Pancasila, Islamic state %T REVOLUSI PEMIKIRAN KEISLAMAN ALI SYARIATI DAN YUDIAN WAHYUDI %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42645/ %X Artikel ini hendak mengeksplorasi secara komparatif bagaimana revolusi pemikiran Ali Syari’ati dan Yudian Wahyudi dalam konteks studi Islam. Dua tokoh cendekiawan muslim yang berbeda bangsa ini mempunyai spirit keilmuan revolusioner yang sama baik dalam wilayah teoritik maupun aplikatif untuk mengupayakan perubahan situasi dan kondisi Dunia Islam secara drastis. Dengan melakukan penelusuran data-data kualitatif yang tersedia, temuan dalam artikel yang berbasis riset ini menunjukkan bahwa baik Ali Syari’ati maupun Yudian Wahyudi berusaha menghadirkan corak keilmuan baru dalam studi Islam kontemporer, yaitu dengan menjadikan teks legal-formal agama (al�Quran dan Hadis) sebagai prinsip dasar berfikir keislaman, sekaligus juga menyertakan tradisi keilmuan yang tumbuh di Dunia Barat sebagai metode berfikir dalam memahami realitas atau konteks yang berkembang di Dunia Islam. Ini artinya pada satu sisi, keduanya mempunyai kesamaan dalam memandang pentingnya posisi doktrin dan ajaran agama (Islam) sebagai landasan berfikir revolusioner bagi cendekiawan, tanpa harus melepaskan gagasan-gagasan ilmiah yang berkembang Dunia Barat. Namun pada sisi lain, ternyata kedua tokoh ini memiliki perbedaan sudut pandang dalam hal pemikiran politik, terutama sistem kenegaraan yang menjadi cita ideal keduanya. Ali Syari’ati melihat sistem ideal dalam tatanan kenegaraan adalah dengan menggunakan Islam (Tauhid, Imam dan Ummat) sehingga melahirkan konsep Islamic state di tengah responsinya terhadap kekuasaan monarkhi absolut di Iran. Sementara pada sisi lain, Yudian Wahyudi menghadirkan sudut pandangan kebangsaan yang menjadi konsensus umat Islam, yaitu Pancasila sebagai ideologi nation state dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di tengah masyarakat Indonesia yang pluralistik. Ini artinya konteks ruang dan waktu adalah dasar utama yang menjadikan Ali Syari’ati dan Yudian Wahyudi memiliki perbedaan pemikiran politik kontekstual dalam Dunia Islam