@article{digilib42845, volume = {5}, number = {1}, author = {- Muhamad Agus Mushodiq and - Ibnu Burdah and - Suja?i and - Mispani and - Habib Shulton Asnawi}, title = {Urgensi Zoologi Sastra Alquran - Studi Kasus Pada Seni Kisah Zoomorfik AL Farasy Surat Al Qariah}, publisher = {IAIN Curup}, journal = {A Quds : Jurnal Studi Alquran dan Hadis}, pages = {1--28}, year = {2021}, keywords = {Zoologi Sastra; Zoomorfik; Semiotika Roland Barthes}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42845/}, abstract = {Kriminalisasi terhadap binatang dapat terejawantahkan dalam perbuatan konkrit dan interpretasi teks keagamaan yang tidak proporsional. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap urgensi perspektif zoologi sastra terhadap kajian binatang dalam Alquran dan memberikan contoh aplikasinya dalam analisis salah satu kasus kriminalisasi binatang al-Farasy dalam Surat Al-Qari?ah. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis deskripitf-interpretatif. Penulis menggunakan teori Tasybih dan Semiotika Roland Barthes dengan pendekatan zoologi sastra. Adapun hasil dari tulisan ini adalah: Pertama, zoologi sastra penting dihadirkan untuk penelitian binatang dalam Alquran karena beberapa alasan, yaitu (1) binatang dalam Alquran masuk dalam kategori sastra, sehingga pendekatan sastra penting dihadirkan untuk menemukan makna dibalik penyajian binatang dalam Alquran, (2) zoologi sastra bersifat interdisiplin, multidisiplin, dan transdisiplin. Berdasarkan sifat tersebut, maka zoosembiologi antara sastra dan binatang dapat diungkap secara komprehensif dan holistik, (3) zoologi sastra menentang filsafat antroposentris yang disinyalir banyak melahirkan tindakan yang merusak alam. Konservasi alam, khususnya terkait dengan masa depan binatang perlu untuk digalakkan di era saat ini. Kedua, diskriminasi terhadap al-farasy oleh para ulama diakibatkan pada kajian monodisiplin. Al-Farsy sebagai permisalan manusia saat hari kiamat datang bukan dimaksudkan untuk taqbih halihi (menghinakan keadaan manusia saat hari kiamat datang), akan tetapi lebih kepada bayanu halihi dan taqriru halihi (mengabarkan keadaan).} }