%0 Book Section %A Fachruddin Faiz, - %B Islam Indonesia 2021 %C Yogyakarta %D 2021 %F digilib:42917 %I UII Press %K Tuhan; Manusia; Pandemi; Ilmu Kalam %P 67-83 %T Keterlibatan Tuhan dan Upaya Manusia: Pandemi dalam Diskursus Ilmu Kalam %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42917/ %X Pandemi CoVID-19 yang dirasakan oleh sebagian besar pen duduk bumi di tahun 2020 ini hakikatnya bukan musibah global per tama yang dialami manusia. Sejarah peradaban manusia mencatat bahwa situasi prihatin karena bencana, wabah atau pandemi sudah berulang kali dirasakan manusia, bahkan mungkin sejak awal ke hadirannya di muka bumi, meski tentu saja dengan pemahaman dan penyikapan yang berbeda, seiring perkembangan zamannya. Sebagai manusia beragama yang dianugerahi akal-budi, datan gnya musibah dan bencana tentunya tidak terhindarkan membawa kepada refleksi-refleksi keagamaan dan perspektif-perspektif religi us yang khas dan beragam. Apapun proses dan hasil refleksi yang dimaksud, harusnya berefek emansipatif, yaitu membawa kepada situasi yang lebih baik, baik secara material, moral maupun spiritual; juga meningkatkan kualitas hidu manusiaan dan keberagamaan. Bagi seorang yang beragama, tentu saja peran Tuhan tidak dapat dikesampingkan apalagi dinafikan. Pembacaan-pembacaan dan identifikasi peran Tuhan secara positif dalam situasi musibah dan bencana ini kiranya akan lebih memperkuat semangat dan opti misme dalam merancang upaya-upaya mengatasi musibah. Memposisikan Tuhan secara negatif, misalnya memposisikanNya sebagai 'yang tertuduh' menghendaki kerusakan dan kehancuran manusia, justru akan memperlemah manusia sendiri, karena betapapun ma nusia yang sadar akan keterbatasan-keterbatasan manusiawinya membutuhkan kehadiran dan campur tangan Tuhan untuk keber hasilan semua usahanya keluar dari musibah. Kalau Tuhan sudah di posisikan sebagai "yang menghendaki kehancuran", kepada siapa lagi manusia bisa berharap keluar dari keruntuhan? Akhirnya, kesadaran manusia juga yang menjadi kuncinya, khu susnya dalam menakar sejauh mana ia mengoptimalkan kebebasan kehendak dan upaya untuk menemukan jalan keluar dari bencana dan kapan ia harus tawakal, memasrahkan segalanya kepada Yang Maha Kuasa. Dosis dari dua aspek ini harus mampu diwujudkan se cara tepat dan sesuai. Di sinilah pada akhirnya manusia membutuh kan satu kunci lagi kebijaksanaan