@phdthesis{digilib42919, month = {August}, title = {ETIKA OTENTISITAS JEAN PAUL SARTRE}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 13510056 Ahmad Faizi}, year = {2020}, note = {Pembimbing : Novian Widiadharma, S.Fil, M.Hum.}, keywords = {Etika, Jean Paul Sartre, Pemikiran Eksistensialisme, Etika Otentisitas}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42919/}, abstract = {Etika merupakan tema yang sangat penting dalam filsafat karna berhubungan dengan tingkahlaku manusia. Etika adalah cabang filsafat yang membahas tentang sistem-sistem moral. Berbagai teori etika telah banyak dikemukakan dari sejak zaman Yunani Kuno hingga saat ini. Dari berbagai teori etika tersebut, terdapat dua kubu yang saling berseberangan dalam memandang etika, yakni kelompok yang memandang etika sebagai nilai-nilai yang sifatnya relatif, dan kelompok lain memandang bahwa nilai etika bersifat absolut atau universal. Salah satu tokoh filsafat yang menolak adanya nilai moral objektif adalah Jean Paul Sartre, seorang filsuf Perancis abad 20. Melalui filsafat eksistensialismenya, ia menolak keberadaan nilai moral objektif. Dengan demikian, bagaimana kah Sartre merumuskan nilai moralnya jika ia menolak adanya nilai moral absolut? Atas dasar itulah penulis tertarik untuk meneliti tentang konsep etika yang terdapat dalam filsafat eksistensialisme Sartre, yang dalam penelitian ini disebut sebagai etika otentisitas. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptis, analisis, dan metode interpretasi. Dengan metode tersebut, peneliti berusaha mencari landasan dalam filsafat eksistensialisme Jean Paul Sartre, yang dapat digunakan untuk menyusun suatu pandangan etika. Di dalam penelitian ini, penulis menemukan bahwa etika otentisitas Sartre berlandaskan pada penghayatan manusia akan kebebasan yang dimlikinya. Seseorang dikatakan bertindak secara otentik jika ia sendirilah yang menciptakan nilai-nilainya, dan tidak bersembunyi dibalik nilai-nilai lain di luar dirinya, yang Sartre sebut sebagai sikap ?keyakinan yang buruk?. Orang yang menerapkan etika otentik, tidak akan gusar dan goyah jika mendapatkan pelabelan yang buruk dari orang lain. Ia selalu percaya akan apa yang diyakininya, dan sepenuhnya sadar bahwa segala kemungkinan masih terbuka untuk dirinya, yang mana hal tersebut merupakan akibat dari kebebasannya.} }