@phdthesis{digilib42928, month = {July}, title = {KISAH ZULKARNAIN DALAM AL-QUR?AN (Studi Komparasi Penafsiran Al-Alusi dan Mutawalli Sya?rawi)}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 13530131 Ahmad Parhan}, year = {2020}, note = {Pembimbing : Muhammad Hidayat Noor, S.Ag., M.Ag.,}, keywords = {Kisah Al-Qur?an, Tafsir Al-Alusi, Tafsir Mutawalli Sya?ra wi}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/42928/}, abstract = {Kisah sebagai sarana penyampaian pesan-pesan al-Qur?an menjadi satu hal yang mendapat perhatian para ulama tafsir. Al-Qur?an banyak memuat kisahkisah masa lalu, yakni kisah dalam al-Qur?an terdapat dalam 35 surat dan 1.600 ayat, sementara ayat tentang hukum hanya 330 ayat. Di antara sekian banyak kisah yang ada dalam al-Qur?an, kisah Z{\ensuremath{|}}ulkarnai{\ensuremath{>}}n adalah kisah yang di dalamnya terdapat banyak pendapat terutama mengenai sosok Z{\ensuremath{|}}ulkarnai{\ensuremath{>}}n dalam al-Qur?an dan sosok-sosok lain yang berkaitan dengannya. Sehingga dirasa perlu dan penting menelaah kisah tersebut. Penelitian ini adalah penelitian pustaka dengan metode analisis-komparatif. Dalam penelitian ini penulis mencoba mengkomparasikan kisah Z{\ensuremath{|}}ulkarnai{\ensuremath{>}}n dalam alQur?an berdasar dua kitab tafsir yaitu tafsir Ru{\ensuremath{>}}h \} al-Ma?a{\ensuremath{>}}ni{\ensuremath{>}} karya imam al-A{\ensuremath{>}}lu{\ensuremath{>}}si{\ensuremath{>}} yang oleh sebagian ulama tafsir berkomentar bahwa kitab tafsir ini adalah tafsir ensiklopedia dan bercorak isya {\ensuremath{>}}ri {\ensuremath{>}}, dan yang kedua ialah kitab Tafsi{\ensuremath{>}}r Al-Sya?ra{\ensuremath{>}}wi {\ensuremath{>}} karya Mutawalli {\ensuremath{>}} Sya?ra {\ensuremath{>}}wi{\ensuremath{>}}, tafsir Sya?ra{\ensuremath{>}}wi{\ensuremath{>}} adalah kitab tafsir yang bercorak adabi ijtima?i dan tafsir ini dinilai oleh sebagian ahli sebagai tafsir yang condong pada tafsir bil ra?yi{\ensuremath{>}}. Penelitian ini memiliki rumusaan masalah, bagaimana penafsiran dua mufasir tersebut terhadap kisah Z{\ensuremath{|}}ulkarnai{\ensuremath{>}}n, apa perbedaan dan persamaan dari dua penafsiran mufasir tersebut serta apa pesan universal dari kisah Z{\ensuremath{|}}ulkarnai{\ensuremath{>}}n. Ketika menafsirkan kisah al-Qur?an pendekatan yang paling mngemuka dari tafsir al-A{\ensuremath{>}}lu{\ensuremath{>}}si {\ensuremath{>}} adalah pendekatan sejarah yang rinci dari berbagai sumber, sedangkan asy-Sya?ra{\ensuremath{>}}wi{\ensuremath{>}} lebih dominan menggunakan pendekatan ra?yi {\ensuremath{>}} atau ijtihad. Dengan dua model pendekatan seperti ini memunculkan persamaan dan perbedaan penafsiran dari keduanya terhadap kisah Z{\ensuremath{|}}ulkarnai{\ensuremath{>}}n dalam al-Qur?an. Di antara persamaan penafsiran mereka adalah bahwa Z{\ensuremath{|}}ulkarnai{\ensuremath{>}}n yang dikisahkan dalam al-Qur?an bukanlah Iskandar Agung dan berkaitan dengan anggapan sebagian pendapat yang menganggap bahwa Z{\ensuremath{|}}ulkarnai{\ensuremath{>}}n adalah nabi, keduanya tidak sependapat dengan pendapat itu. Kemudian di antara perbedaan dari penafsiran mereka yakni ketika menjelaskan tentang bagaimana cara kaum yang hampir tidak bisa memahami pembicaraan yang tinggal di tempat antara dua gunung mengadukan keluh kesah mereka tentang sosok Ya?ju{\ensuremath{>}}j Ma?ju{\ensuremath{>}}j. Menurutut al-A{\ensuremath{>}}lu{\ensuremath{>}}si{\ensuremath{>}} Z{\ensuremath{|}}ulkarnai {\ensuremath{>}}n bisa memahami mereka lewat perantara penerjemah, sedangkan menurut asy-Sya?ra{\ensuremath{>}}wi{\ensuremath{>}} Z{\ensuremath{|}}ulkarnai {\ensuremath{>}}n bisa memahami mereka karena mereka menggunakan bahasa isyarat tubuh. Kisah Z{\ensuremath{|}}ulkarnai {\ensuremath{>}}n mempunyai pesan universal berkaitan dengan cerminan pribadi seorang pemimpin yang beretika dan humanis. Pribadi seorang pemimpin yang tercermin dari sosok Z{\ensuremath{|}}ulkarnai{\ensuremath{>}}n ialah bertanggung jawab, terpercaya, bijak menyikapi suatu permasalahan, humanis dan pendengar yang baik terhadap keluh dan kesah orang lain, memberi solusi, mengayomi dan mendampingi, memiliki sikap rendah hati serta tidak bersikap angkuh.} }