TY - THES N1 - Pembimbing : Dr. Adib Sofia, S.S., M.Hum. ID - digilib43087 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43087/ A1 - Ihsan Nurmansyah, NIM. 18205010043 Y1 - 2020/07/30/ N2 - Pada abad ke-20 M, penulisan tafsir al-Qur?an yang lahir di Nusantara umumnya menampilkan ciri kemodernannya, baik dari segi bahasa dan aksara. Namun, berbeda dengan Tafs?r T?juh S?rah yang ditulis pada tahun 1935 M dan Tafs?r ?y?t a?-?iy?m yang ditulis pada tahun 1936 M oleh Muhammad Basiuni Imran, seorang ulama dari Kesultanan Sambas, Kalimantan Barat, yang masih menggunakan bahasa dan aksara tafsir klasik Nusantara, yakni menggunakan bahasa Melayu dan aksara Jawi. Di sisi lain, dari penelusuran awal, pola penafsiran Muhammad Basiuni Imran dalam kedua tafsirnya cenderung berkutat pada wilayah teks dan kurang menghubungkan dengan wilayah konteks, sehingga penafsirannya lebih cenderung mirip dengan karya tafsir Muhammad Rasyid Ridha. Oleh karena itu, cara yang komprehensif untuk memahami kedua tafsir Muhammad Basiuni Imran adalah melalui kajian intertekstualitas. Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library research) dengan data primernya, yaitu Tafs?r T?juh S?rah dan ?y?t a?-?iy?m karya Muhammad Basiuni Imran. Sementara itu, data sekundernya, yaitu karya tafsir Muhammad Rasyid Ridha, buku, ensiklopedia, jurnal, artikel dan termasuk juga literatur lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif-analitis. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kodikologi. Teori yang digunakan adalah teori intertekstualitas Julia Kristeva. Hasil penelitian ini adalah pertama, lahirnya kedua tafsir Muhammad Basiuni Imran pada abad ke-20 M dalam bentuk bahasa Melayu-Jawi, karena lahir pada periode keemasan (1920-1960 M) dalam periodisasi tafsir al-Qur?an bahasa Melayu-Jawi. Kedua, aspek kodikologi kedua tafsirnya, meliputi identifikasi naskah, aspek buku, aspek tulisan dan penjilidan. Ketiga, posisi fenoteks, genoteks, dan proses pembentukan makna kedua tafsir Muhammad Basiuni Imran terhadap tafsir Muhammad Rasyid Ridha, adalah: 1) teks fenoteks adalah Tafs?r T?juh S?rah dan ?y?t a?-?iy?m karya Muhammad Basiuni Imran, sedangkan teks genoteks adalah Tafs?r al-F?ti?ah wa Sittu Suwar min Khaw?t?m al-Qur??n dan al-Man?r karya Muhammad Rasyid Ridha; 2) pembentukan makna kedua tafsir Muhammad Basiuni Imran melalui proses signifikasi, yakni cenderung menginduk kepada penafsiran Muhammad Rasyid Ridha karena memang ia sangat terinspirasi, termotivasi dan mengagumi sosok gurunya. Keempat, unsur intrinsik, pola penafsiran kedua tafsir Muhammad Basiuni Imran dengan tafsir Muhammad Rasyid Ridha, meliputi pola mun?sabah, hadis dan pendapat ulama. Dari pola penafsirannya itu, bentuk-bentuk intertekstualitas yang digunakan adalah paralel, transformasi dan haplologi. Sementara itu, bentuk intertekstualitas yang paling sering digunakan adalah paralel dan transformasi, sehingga menjadikan Tafs?r T?juh S?rah sebagai terjemahan dari Tafs?r al-F?ti?ah wa Sittu Suwar min Khaw?t?m al-Qur??n, dan Tafs?r ?y?t a?-?iy?m sebagai terjemahan dari Tafs?r al-Man?r. Unsur ekstrinsik, konteks kemunculan kedua tafsir Muhammad Basiuni Imran dalam bahasa Melayu-Jawi karena dipengaruhi oleh sosio-geografis, sejarah kitab-kitab yang berkembang dan kondisi keagamaan. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - Intertekstualitas KW - Tafsir Tujuh Surah KW - Tafsir Ayat a?-?iyam KW - Muhammad Basiuni Imran KW - Muhammad Rasyid Ridha. M1 - masters TI - POLA PENAFSIRAN MUHAMMAD BASIUNI IMRAN DALAM TAFSIR TUJUH SURAH DAN AYAT AS-SIYAM TERHADAP TAFSIR MUHAMMAD RASYID RIDHA (Kajian Intertekstualitas) AV - restricted EP - 210 ER -