eprintid: 43185
rev_number: 11
eprint_status: archive
userid: 12316
dir: disk0/00/04/31/85
datestamp: 2021-08-03 03:30:18
lastmod: 2021-08-09 09:34:45
status_changed: 2021-08-03 03:30:18
type: thesis
metadata_visibility: show
creators_name: MUHAMAD AZKA KAFA, NIM.: 16360031
title: HUKUM BAGI WANITA HAID MEMBACA ALQURAN
(STUDI KOMPARASI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM 
SEWON BANTUL YOGYAKARTA DENGAN PONDOK PESANTREN
AL-HIDAYAH I SARAGAN RAMBEANAK MUNGKID MAGELANG)
ispublished: pub
subjects: hukum
divisions: jur_pma
full_text_status: restricted
keywords: Wanita Haid, Membaca Alquran, Pengasuh Pondok Pesantren
An-Nur Bantul, Pengasuh Pondok Pesantren AL-Hidayah1 Magelang
note: Pembimbing : Shohibul Adhkar, M.H
abstract: Hukum bagi wanita haid membaca Alquran mempunyai perbedaan 
pendapat di kalangan ulama’ mazhab. Pelarangan tersebut terjadi dari kalangan
Hanafiah, Syafi’iah dan Hanabilah. Sedangkan yang memperbolehkan hanya dari
kalangan Malikiah. Dalam proses menghafalkan tentunya ditanamkan sifat
konsisten, yakni pengulangan bacaan lafal Alquran yang dilakukan setiap harinya
agar hafalannya tambah ataupun terjaga. Akan tetapi pada faktanya  hal tersebut
tidak bisa dilakukan pada wanita setiap harinya. Karena adanya pendapat ulama
tentang pelarangan bagi wanita haid membaca Alquran. Seperti halnya di Pondok
Pesantren An-Nur Bantul dan Pondok Pesantren Al-Hidayah 1 Magelang terkait
berbedanya hukum wanita haid membaca Alquran, khususnya pada santriwati
yang sedang dalam proses tahfiz. Kedua pondok tersebut sama-sama bermazhab
Syafi’i, yang mana Imam Syafi’i sendiri melarang bagi wanita haid membaca
Alquran. Akan tetapi dalam fakta lapangan bahwa kedua pondok tersebut berbeda
dalam menanggapi hukum bagi wanita haid membaca Alquran. Khususnya bagi
santriwati yang sedang dalam proses tahfiz. 
 Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan ushul
fikih. Kemudian metode analisis yang digunakan adalah deskriptif, analitik, dan
komparatif. Sedangkan dalam metode pengumpulan data penyusun menggunakan
metode observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk menyeleseaikan tulisan ini.
Setelah itu penulis menggunakan teori Istihsan, yang artinyaberpindah dari hukum
satu ke hukum yang lainnya karena adanya suatu alasan yang lebih kuat, dan lebih
sesuai dengan kemaslahatan bagi umat manusia. 
 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengasuh Pondok Pesantren An-Nur
Bantul memiliki dua jawaban, pertama menurut KH Nawawi Abdul Aziz (pendiri
Pondok Pesantren An-Nur) yang telah ditulis  dalam “Tausiyah Hukum Bagi
Wanita Haid Membaca Alquran”. Beliau memperbolehkan bagi santriwati tahfiz
yang sedang haid membaca Alquran, guna mengikuti progam tahfiz baik
menambah ataupun mengulang hafalannya. Dan yang kedua menurut KH Muslim
Nawawi (pengasuh dan putra dari KH Nawawi Abdul Aziz). Beliau
memperbolehkan santriwatinya ketika haid membaca Alquran hanya sekedar 
mengulang hafalan tidak untuk menambah. Kemudian pendapat dari pengasuh 
Pondok Pesantren Al-Hidayah 1 melarang bagi santriwatinya tahfiz yang sedang
haid untuk membaca Alquran, baik itu mengulang atau menambah hafalan. Hal
tersebut dilakukan karena pondok tersebut merujuk pada kitab-kitab Syafi’iyah
yang mana dalam kitab-kitab tersebut melarang bagi wanita haid untuk membaca
Alquran.
date: 2020-12-14
date_type: published
pages: 130
institution: UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
department: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
thesis_type: skripsi
thesis_name: other
citation:   MUHAMAD AZKA KAFA, NIM.: 16360031  (2020) HUKUM BAGI WANITA HAID MEMBACA ALQURAN (STUDI KOMPARASI PONDOK PESANTREN AN-NUR NGRUKEM SEWON BANTUL YOGYAKARTA DENGAN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAH I SARAGAN RAMBEANAK MUNGKID MAGELANG).  Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA.   
document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43185/1/16360031_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf
document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43185/2/16360031_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf