@phdthesis{digilib43769, month = {December}, title = {DINAMIKA TAREKAT SYADZILIYAH DI PONDOK PESANTREN PESULUKAN THARIQOT AGUNG (PETA) TULUNGAGUNG 1930-2011}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 16120044 Diah Ukhtanti Wiji Aswari}, year = {2020}, note = {Pembimbing : Prof. Dr. H. Dudung Abdurahman, M. Hum.}, keywords = {Dinamika Tarekat, Tarekat Syadziliyah, Pondok PETA}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/43769/}, abstract = {Tarekat Syadziliyah di Pondok Pesantren Pesulukan Thariqot Agung (PETA) merupakan tarekat muktabarah yang ada di Tulungagung. Tarekat ini pertama kali diajarkan oleh Kiai Mustaqim yaitu musryid sekaligus pendiri Pondok Pesantren PETA. Tarekat ini diajarkan melalui pendekatan silat dan mulai berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Terdapat perubahan dalam gerak tarekat antara masa sebelum Indonesia merdeka dan setelah Indonesia merdeka. Peneliti membahas tentang dinamika Tarekat Syadziliyah tahun 19302011, berdasar dari awal didirikannya pondok PETA pada tahun 1930 sebagai alasan adanya perubahan dan tahun 2011 sebagai ujung perubahan dari gerak tarekat ini. Sebab sejak tahun tersebut tidak ada gerak tarekat yang berarti. Untuk menggali permasalahan tersebut, penelitian ini dianalisis dengan pendekatan sosiologi sekaligus teori Darwin tentang struggle for life (perjuangan keras untuk mempertahankan eksistensi) dari natural selection. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahap yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Hasil dari penelitian ini adalah adanya gerak tarekat yang terjadi pada Tarekat Syadziliyah di Pondok PETA tahun 1930-2011 dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan beberapa faktor dalam setiap aspeknya. Gerak tarekat tersebut membawa perubahan yang meliputi aspek sosial keagamaan, pendidikan, dan ekonomi. Pada bidang sosial, masyarakat setempat mengalami perkembangan dalam pemikiran dari kaum abangan menjadi kaum santri. Masyarakat yang awalnya kental dengan kebudayaan kejawen lambat laun meninggalkan dan beralih dengan tradisi jawa yang tidak menyimpang dari syariat Islam. Selain itu, mereka juga memiliki tingkat spiritualitas yang lebih baik dan lebih agamis. Pada bidang pendidikan, mursyid memberikan fasilitas kepada masyarakat untuk memenuhi tuntutan zaman. Hal ini dilakukan mursyid dengan membangun lembaga pendidikan formal berupa MAN, SMK, dan perguruan tinggi. Begitu juga pada aspek ekonomi, para pengikut tarekat ini diberikan fasilitas dengan dibentuknya database jamaah tarekat bernama Sultan Agung 78. Hal ini dimaksudkan untuk saling bantu-membantu perekonomian antar anggota tarekat.} }