@phdthesis{digilib4378, month = {April}, title = {SUMBER AJARAN TAREKAT NAQSYABANDIYAH KADIRUN YAHYA (Studi Kasus di Surau Saiful Amin Yogyakarta)}, school = {UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta}, author = { GHUFRON AHMADI - NIM. 01530482}, year = {2010}, note = {Pembimbing: Drs. H. Muhammad Yusuf, M.Si.,}, keywords = {ajaran tarekat Naqsyabandiyah, Kadirun Yahya, surau al-Amin}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4378/}, abstract = {Salah satu tarekat yang berkembang di Indonesia yang banyak menuai pro dan kontra adalah Tarekat Naqsyabandiyah Kadirun Yahya. Bagi sebagian kalangan tarekat tersebut dianggap menyalahi amp;\#8216;tradisi' Islam. Hal ini merupakan suatu kewajaran sebab Tarekat Naqsyabandiyah Kadirun Yahya dalam memahami doktrin Islam yang terkandung dalam teks-teks keagamaan secara umum dan khususnya aturan-aturan pokok seputar amp;\#8216;wilayah dalam' dari ajaran-ajaran Islam tersebut menggunakan pendekatan amp;\#8216;tidak lazim' yang sama sekali baru dan berbeda dari pemahaman dogmatis yang selama ini berlaku. Adanya perbedaan penafsiran atas al-Qur'an dan al-Hadits mengakibatkan perpecahan umat muslim yang tak jarang dibarengi dengan klaim pengkafiran (takfir), padahal seorang muslim hendaknya mampu menganalisa berbagai problematika umat dengan pikiran jernih dan tetap berpegang teguh pada kandungan al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW dan mengedepankan sikap persaudaraan (ukhuwah Islamiyah). Untuk mencapai hal tersebut diperlukan berbagai pendekatan dari dari banyak disiplin keilmuan. Berkenaan dengan penelitian ini, penulis mencoba menggunakan seperangkat metodologi yang dikemukakan oleh Clifford Geertz, yakni teori tafsir budaya simbolik dengan pendekatan antropologi budaya. Menurut Geertz penafsiran kebudayaan pada dasarnya merupakan penafsiran terhadap makna-makna simbol. Untuk memahami simbol-simbol, maka perlu menangkap makna-makna yang memerlukan sebuah interpretasi. Walhasil, penelitian ini menemukan adanya fenomena keagamaan yang sarat dengan khazanah tasawuf (tarekat) yang turun temurun dari generasi ke generasi, yang mana khazanah tersebut tetap berpegang teguh pada al-Qur'an dan al-Hadits. Namun yang lebih menarik adalah pemahaman tasawuf yang terkandung dalam al-Qur'an dan al-Hadits tersebut melalui pendekatan teknologi modern dan ilmu eksakta, selain itu diperoleh pemahaman konsep-konsep dalam tasawuf yang inovatif, sebab pada kenyataanya selama ini tasawuf hanya dipahami secara dogmatis, sehingga terkesan tasawuf menghambat kemajuan dan anti modernisasi. } }