%A NIM.: 16510048 Ferdiansah %O Pembimbing : Ali Usman, S.Fil.I, M.Ag %T KRITIK TERHADAP NARASI KETUHANAN BERKEBUDAYAAN SUKARNO DALAM RUU HIP %X Sila Ketuhanan Yang Maha Esa pancasila dalam sejarahnya mengalami perdebatan yang cukup alot, antara mengikuti keputusan sidang BPUPK tanggal 22 Juni 1945 yang memuat Piagam Jakarta atau mengikuti sidang konstitusional PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yang berisi tentang UUD NRI tahun 1945. Sila pertama ―Ketuhanan Yang Maha Esa‖ belakangan ini semenjak munculnya RUU HIP diasumsikan oleh sebagian ormas akan digantikan dengan sila ―Ketuhanan Berkebudayaan‖. Rumusan RUU HIP ini menjadi polemik, maka kemudian apa konsepsi Ketuhanan Berkebudayaan menurut Sukarno? dan bagaimana kaitannya dengan Konsepsi sila Ketuhanan Yang Maha Esa?. Sila Ketuhanan dalam perjalanannya, menjadi sila Pancasila yang paling panjang pembahasannya, karena berbagai gagasan para founding fathers antara yang menginginkan negara Indonesia sebagai negara yang beragama atau sebagai negara agama?. Mengingat sebelumnya, ketika proses sidang kedua BPUPK disepakati sila pertama pancasila yang memuat narasi ―Ketuhanan dan kewajiban menjalankan Syari‘at Islam bagi pemeluk-pemeluknya‖. Hingga pembacaan teks proklamasi, sila tersebut masih bertahan sebagai keputusan konstitusional. Namun, kemudian berakhir ketika sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yang membahas tentang Dasar Negara dan penentuan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Library Research dan menggunakan pendekatan historis-filosofis. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah memahami konsepsi filosofis-historis ―Ketuhanan Berkebudayaan‖ Perspektif Sukarno yang seringkali dibenturkan dengan Sila Pertama ―Ketuhanan Yang Maha Esa‖ dan kemudian menelisik konsepsi Sukarno tentang Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Konsepsi Ketuhanan Berkebudayan Sukarno perlu ditelaah kembali agar tidak menjadi miskonsepsi di ruang publik. Perlunya tafsir aksiologis tentang sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Konsepsi Ketuhanan Berkebudayaan menurut Sukarno adalah suatu bentuk aktualisasi aksiologis muamalah, dan kaitannya relasi antara Ketuhanan Berkebudayaan Sukarno dan Ketuhanan Yang Maha Esa itu ibarat iman dan amal. Iman secara metafisik Sukarno yaitu kepada ketuhanan Yang Maha Esa. Sedangkan mengamalkannya dengan jalan Kebudayaan. %K Ketuhanan Berkebudayaan, Sukarno dan Ketuhanan Yang Maha Esa. %D 2020 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib44077