@phdthesis{digilib44154, month = {December}, title = {ALIENASI RELIGIUSITAS KORBAN PELANGGARAN HAM BERAT MENURUT KOMNAS HAM DALAM RUANG PUBLIK (STUDI KASUS KORBAN LANGSUNG DALAM PERISTIWA 1965 DI YOGYAKARTA) ALIENASI RELIGIUSITAS KORBAN PELANGGARAN HAM BERAT MENURUT KOMNAS HAM DALAM RUANG PUBLIK}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 17105040032 Mifta Kharisma}, year = {2020}, note = {Pembimbing : Dr . Inayah Rohmaniyah, S.Ag., M.Ag., MA}, keywords = {Religiusitas, Alienasi, Ruang.}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/44154/}, abstract = {Kasus peristiwa 1965 memiliki makna tersendiri bagi bangsa Indonesia. Khususnya bagi korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat. Keberlangsungan hidup mereka kurang diberi ruang oleh negara sehingga tulisan ini menampung ruang baru mereka dalam berekspresi, khususnya keterasingan secara keagamaan yang mereka alami di ruang publik. Para korban juga harus dijamin keberlangsungan keagamaan tanpa adanya proses keterasingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alienasi secara religiusitas korban pelanggaran HAM berat Menurut Komnas HAM tahun 1965 di ruang publik, dan apa saja ruang baru yang menjadi wahana ekspresi bagi korban langsung dalam peristiwa 1965. Cara bekerja ruang dalam mempengaruhi alienasi, dimana ruang menjadi sesuatu yang abstrak sehingga melahirkan alienasi seseorang terhadap ruang tersebut. Ruang ini menjadi abstrak karena pengaruh politisasi. Alienasi ruang diproduksi oleh proses sosial. Dalam penelitian ini ditunjukan dari berbagi pengalaman hidup para informan dalam mengekspresikan religiusitas mereka dalam ruang publik. Para korban ini mengalami alienasi dengan latar belakang atas kontaminasi mereka terhadap gerakan politik, sehingga dalam kehidupan masyarakat mereka mengalami degradasi. Ruang ini membangun sekat-sekat antar masyarakat. Disisi kiri adalah para korban pelanggaran HAM berat yang memiiliki stigma kotor, sampah, kafir dan di sisi kanan adalah orang-orang yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat (terhormat, borjouis). Ruang-ruang baru yang terkonstruk adanya keterasingan para kelompok pinggiran, kelompok yang memiliki stigmasisasi oleh kelompok-kelompok yang terhormat menciptakan ruang-ruang baru untuk menjaga kesucian, ketaatannya kepada Tuhan selain di lembaga lembaga agama. Mereka tetap taat, mengekspresikan kebebasan keyakinan dan beragama di arena yang dianggapnya mendukung untuk taat kepada Tuhan.} }