@mastersthesis{digilib44616, month = {August}, title = {TOLERANSI BERAGAMA PERSPEKTIF MUFASSIR JAWA: TELAAH PENAFSIRAN KYAI BISRI MUSTOFA DALAM TAFSIR AL-IBR{\=I}Z}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 17200010131 Mokhamad Choirul Hudha}, year = {2020}, note = {Pembimbing : Mohammad Yunus, Lc., MA., Ph.D}, keywords = {Toleransi Beragama, Kyai Bisri Mustofa, Tafsir al-Ibr{\=i}z.}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/44616/}, abstract = {Diskusi terkait tema toleransi beragama senantiasa menarik dan menjadi perhatian banyak kalangan, termasuk di dalamnya para peneliti dan agamawan. Pada konteks yang sama, kitab-kitab suci umat beragama termasuk juga al-Qur?an menarasikan pentingnya membangun toleransi beragama. Al-Qur?an dalam penuturannya masih bersifat global, sehingga dibutuhkan tafsir sebagai produk interpretasi guna menjelaskan lebih detil maksud yang terkandung di dalamnya. Namun, teks-teks tafsir yang ada masih didominasi pengaruh nalar Arab yang terkesan kaku, dari aspek ini menarik untuk melihat bagaimana pembacaan Kyai Bisri Mustofa sebagai seorang mufassir yang lahir dan berkembang dalam kultur jawa terhadap ayat-ayat bertema toleransi beragama dalam tafsir al-Ibr{\=i}z. Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan (library research) yang menjadikan teks tafsir al-Ibr{\=i}z karya Kyai Bisri Mustofa sebagai sumber primer dan kitab-kitab bertema toleransi sebagai sumber sekunder. Metode pembahasan dalam penelitian ini tergolong deskriptif-analitis dengan menggunakan analisa teori hermeneutika Hans-Georg Gadamer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konstruksi toleransi beragama dalam tafsir al-Ibr{\=i}z, bersumber dan terbentuk akibat terjadinya dialektika antara teks-teks keagamaan (intertekstual) dengan kultur masyarakat Jawa, khususnya pesisir (ekstratekstual). Dialektika ini terus berproses dan membentuk pola penafsiran tafsir alIbr{\=i}z. Dalam proses ini pula terklasifikasi dua model sikap keberagaman, pertama sikap ekslusif-aktif yakni sikap keberagamaan yang cenderung menganggap bahwa hanya agama yang dianut sajalah yang benar namun juga menganjurkan pemeluknya untuk menjaga hubungan baik, kerukunan, saling menjaga satu sama lain, serta berbuat kebaikan dengan pemeluk agama lain. Umumnya terjadi dalam ayat yang membahas halhal mu?amalah/duniawi, seperti makanan. Kedua, ekslusif-pasif, yakni menganggap bahwa hanya agama yang dianut saja yang benar tanpa perlu adanya tindakan bekerjasama, Umumnya berbicara tentang aqidah, seperti siksa neraka bagi orang kafir.} }