TY - THES N1 - Dr. Ahmad Baidowi, S.Ag., M.Si ID - digilib44844 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/44844/ A1 - Imam Ahmad Zikrullah Sawang, NIM. 17105030034 Y1 - 2021/06/25/ N2 - Bentuk penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (library research) dengan menggunakan dua kitab tafsir yang sangat populer di Indonesia, yaitu Tafs?r al-Mishb?h dan Tafs?r al-Azh?r. Tujuannya adalah untuk mencari hal-hal yang menjadi pertanyaan mengenai adanya pengulangan dari keempat ayat yang terdapat dalam QS Al-Qamar. Adapun metode penelitian yang digunakan metode komparasi (muq?rin), dalam ilmu tafsir metode muq?rin adalah sejenis metode tafsir yang menggunakan cara perbandingan, dalam penelitian ini yaitu mengemukakan perbandingan penafsiran antara Quraish Shihab dan Hamka terhadap ayat Tikr?r pada surah Al-Qamar. Penelitian ini mempunyai tiga tujuan,yang pertama adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk pengulangan yang terdapat pada surah Al-Qamar, kemudian yang kedua adalah untuk mengetahui bagaimana penafsiran ayat Tikr?r dari Quraish Shihab dan Hamka, serta menganalisis metode tafsir yang digunakan oleh Quraish Shihab dan Hamka, dan yang ketiga adalah menganalisis persamaan dan perbedaan penafsiran Hamka dan M. Quraish Shihab dalam memahami ayat Tikr?r dalam surah Al-Qamar. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa penafsiran Quraish Shihab dan Hamka terhadap ayat Tikr?r pada surah Al-Qamar adalah menjelaskan makna atau kandungan masing-masing ayat dengan memperhatikan kandungan kosa kata dengan intensitas yang berbeda dan keduanya berupaya menampilkan konteks keindonesiaan sesuai dengan masa dan tempat mereka beradadilihat dari segi pengelompokkannya, Quraish Shihab dan Hamka sama-sama menjelaskan bahwa Tikr?r merupakan bentuk penegasan dan penekanan kepada umat manusia sebagai pusat agar siapa saja yang membaca Al-Qur?an akan mendapatkan hidayah dan pengetahuan yang telah Allah siapkan baginya, bahkan Allah telah memudahkannya untuk di terima oleh panca indera manusia. Sehingga apabila pengulangan itu disebutkan setelah Allah menyebutkan nikmat-nikmat-Nya maka ia menekankan akan wajibnya bersyukur. Dan apabila pengulangan ayat tersebut datang setelah Allah menyebutkan berbagai bentuk azab atau siksaan maka pengulangan itu menekankan kecaman kepada orang0orang yang tidak mau bersyukur dan sebaiknya hal terebut menjadi sebuah pelajaran untuk kehidupan yang akan datang. Persamaan penafsiran Quraish Shihab dan Hamka terlihat ketika mereka menyatakan bahwa pengulangan kata pada ayat tersebut menunjukkan penekanan dan penegasan atas kemudahan yang telah Allah berikan kepada umat manusia untuk dipelajari. Allah mempermudah pemahaman al-Qur?an dengan cara menurunkan sedikit demi sedikit, dan mengulang-ulangi, bahkan Allah memberikan kosakata yang mudah untuk diterima dan dipahami oleh panca indra manusia agar semua umat manusia dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang ada dalam al-Qur?an.Perbedaan dari penafsiran keduanya terhadap ayat ini adalah dari segi penyampaian dan penjelasan. Quraish Shihab dalam penafsirannya terlihat sangat serius dan penjelasannya diawali denan melihat aspek kebahasaan, sedangkan Hamka dalam penafsirannya lebih banyak menghubungkan penafsirannya diluar aspek kebahasaan, seperti memberikan periwayatan terhadap hal yang bersangkutan dengan ayat tersebut. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - al Qur'an dan tafsir M1 - skripsi TI - MAKNA TIKR?R DALAM AL-QUR?AN SURAT AL-QAMAR AYAT 17, 22, 32 dan 40| Studi Atas Tafsir Al-Mishb?h dan Tafsir Al-Azh?r AV - restricted EP - 110 ER -