%A NIM.: 1620010036 Mahdi Asnani %O Pembimbing : Dr. Munirul Ikhwan, Lc., MA %T MENJADI MUSLIM DI ERA GLOBAL: STUDI PENAFSIRAN FARID ESACK TERHADAP ISU-ISU GLOBAL DAN RESONANSINYA DI INDONESIA %X Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana Farid Esack dengan menggunakan hermeneutika pembebasan merespon isu-isu di Era Globalisasi, sebagai solusi untuk merefleksikan teks terhadap realitas sosial. Isuisu yang sering terjadi dan menjadi perbincangan adalah Isu Pluralisme Agama, Isu tentang Hak Asasi Manusia, dan Isu yang berkaitan dengan Gender. Farid Esack merupakan salah satu intelektual internasional yang mempunyai misi memaknai ulang ajaran agama untuk untuk memberi pemahaman baru mengenai Nilai-nilai Islam agar sesuai dengan zaman. Esack berasal dari Afrika selatan, Ia tumbuh dimasa wilayah afrika selatan saat itu sedang di jajah oleh apharteid yang menindas. Melalui berbagai usahanya, Esack berhasil merelevansikan ajaran agama islam sehingga dapat merespon isu-isu global yang beredar tersebut. Selain sebagai penafsir, Esack adalah seorang aktifis yang bergerak di bidang gender dan aktifis pembebasan Afrika Selatan. Dalam penelitian bersifat kepustakaan ini, menggunakan kerangka teori Intektual Organik Antonio Gramsci. Kajian ini menggunakan pendekatan historisfilosofis dan pendekatan resonansi. Penggunaan pendekatan dimaksudkan menganalisis tiga unsur kajian, yakni: (a) menganalisis teks itu sendiri; (b) merunut akar-akar historis secara kritis latar belakang tokoh tersebut mengapa ia mengusung gagasan hermeneutika pembebasannya; dan (c) menganalisa kondisi sosio-historis yang melingkupi tokoh tersebut. Pendekatan filosofis, akan mengungkap pemikiran Farid Esack yang merespon isu-isu globalisasi. Pendekatan resonansi sosial mengukur sejauh mana pemikiran Farid Esack memiliki resonansi pada tokoh-tokoh di Indonesia. Kesimpulan penelitian bahwa bangunan pemikiran Farid Esack sangat dipengaruhi oleh keadaan sosial-politik Afrika Selatan. Proses mengaplikasikan metode tafsirnya terhadap ayat-ayat al-Qur’an, Esack mula-mula mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang setema, kemudian memahami arti dasar kata yang dituju, dan selanjutnya melakukan kontektualitas makna ayat terhadap sosio-historis ketika ayat-ayat itu turun. Metode tafsir Farid Esack termasuk kategori tafsir maudlu’i. Proses memahami kitab suci al-Qur’an, Esack menggunakan hermeneutika yang dipengaruhi Fazlur Rahman dan Mohammad Arkoun, walaupun Esack mengkritik keduanya. Esack memadukan kedua pemikiran tersebut membuahkan konsep hermeneutika dalam konteks pembebasan Afrika Selatan dari rezim Apharteid. Resonansi pemikiran hermeneutika Farid Esack di Indonesia banyak ditemukan lingkup kajian akademis. Pemikiran-pemikiran Esack banyak dijadikan objek dalam penelitian khususnya Karya tulis ilmiah. Hermeneutika pembebasan yang diusung Esack jadi favorit untuk terus digemakan. Secara tidak langsung ingin mengungkapkan bahwa ada kesamaan frekuensi dengan Afrika Selatan, tentang ketidakadilan masih berlangsung di Indonesia. Meskipun penggunaan gagasan Esack hanya pada diskusi bukan untuk perjuangan pembebasan sebagaimana terjadi di Afrika Selatan. %K Farid Esack, Hermeneutika, Nilai-nilai Islam %D 2020 %I UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA %L digilib45259