%0 Thesis %9 Masters %A Tati Rahmayani, NIM.: 1620010057 %B PROGRAM PASCASARJANA %D 2020 %F digilib:45266 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Tradisi, Upacara Tirta Sendang Rahayu, Islam Nusantara %P 111 %T UPACARA TIRTA SENDANG RAHAYU DI BANJARNEGARA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45266/ %X Tulisan ini adalah hasil dari penelitian mengenai Upacara Sendang Tirta Rahayu di Desa Rakitan. Dalam upacara tersebut menggunakan beberapa simbol – simbol. Tradisi Upacara Tirta Rahayu dari awal diadakannya hingga sekarang masih terus dilaksanakan oleh masyarakat Desa Rakitan. Namun, meskipun masih tetap dilakukan, prosesi dari upacara tersebut dari tahun ke tahun mengalami perubahan. dalam penelitian ini, mencoba untuk mencari simbol – simbol yang digunakan dalam upacara tersebut, kemudian perubahan – perubahan apa yang terjadi dalam prosesi Upacara Tirta Sendang Rahayu dan faktor yang melandasi perubahan tersebut. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif, yang dilakukan dengan cara terlibat langsung di lapangan (filework). Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan cara observasi untuk melihat kondisi sosial masyarakat, sehingga dapat menentukan tindakan selanjutnya yaitu melakukan wawancara. Wawancara dilakukan secara terbuka sehingga membuat narasumber santai dan tidak kaku. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dalam Upacara Tirta Sendang Rahayu, banyak simbol – simbol yang digunakan, diantaranya adalah simbol walisongo, makan dan ziarah kubur ke makam Ki Saketi, Batu Permata, Tombak dan tumpeng. Dari simbol – simbo, tersebut masyarakat memaknai dengan berbeda. Sebagian masyarakat memaknai simbol tersebut sebagai sesuatu yang sakral, sedangkan sebagian memaknainya bukan sesuatu yang sakral. Prosesi Upacara Tirta Sendang Rahayu mengalami perubahan sejak tahun 2017 dan perubahan tersebesar adalah pada tahun 2018. Pada tahun sebelumnya prosesi upacara tersebut hanya dilakukan selama satu hari. Namun pada tahun 2018, prosesi upacara dilakukan dalam waktu tiga hari. Hari pertama di mulai dengan lomba olahan salak dan lomba salak. Hari kedua yaitu lomba parak iwak di Kali Merawu. Dan hari ketiga adalah upacara inti Tirta Sendang Rahayu. Perubahan tersebut disebakan seiring dengan adanya rencana menjadikan Desa Rakitan sebagai Desa Wisata. Selain itu, masyarakat Desa Rakitan menginginkan supaya Upacara Tirta Sendang Rahayu menjadi seperti upacara rambut gimbal di Dieng . Setelah adanya perubahan tersebut, banyak masyarakat luar yang ikut upacara tersebut dan pada akhirnya wisata yang ada di Desa Rakitan yaitu Goa Watu Payung dan wisata tubing Kali Merawu banyak pengunjug. Sehingga ekonomi masyarakat Desa Rakitan meningkat. %Z Pembimbing : Sunarwoto, M.A., Ph.D