TY - THES N1 - Drs. Mohamad Yusup, M.SI ID - digilib45318 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45318/ A1 - RANIA NURUL RIZQIA, NIM. 17105031010 Y1 - 2021/03/18/ N2 - Dalam khazanah studi tafsir, tokoh feminis seperti Riffat Hasan, Amina Wadud dan beberapa intelektual muslim lainnya yakin akan pengaruh dominasi mufassir lelaki terhadap lahirnya banyak penafsiran yang bias gender. Statement tersebut kemudian disanggah oleh Ah. Fawaid yang berpendapat bahwa penafsiran yang bias gender sama sekali tidak berkaitan dengan identitas biologis sang mufassir. Menurutnya, bias gender yang banyak ditemukan dalam penafsiran hanyalah berkaitan dengan problem metode penafsiran. Salah satu alasannya adalah karena ia menemukan bahwa hasil penafsiran dari seorang mufassir perempuan pun masih ditemukan banyak ketidakadilan gender. Peneliti kemudian tertarik untuk mengkaji Kariman Hamzah, seorang mufassir perempuan yang sama sekali tidak mengasosiasikan dirinya pada gerakan feminis dan kitab tafsir yang berjudul Al-Lu?lu? wa al-Marj?n f? Tafs?r al-Qur??n untuk menemukan pandangan baru terkait perdebatan di atas. Penulis memfokuskan kajian ini dengan menelaah penafsiran Hamzah terhadap QS. 4: 1, QS. 2: 234, QS. 65: 1, QS. 4: 11, (QS. 4: 34 dan QS. 2: 282 serta latar belakang sosio-historis Hamzah dengan menggunakan Explanatory analysis (analisis eksplanatori) untuk kemudian peneliti telaah kembali menggunakan analisis gender milik Mansour Fakih dalam rangka mencari gambaran konstruksi gender milik Hamzah dan melihat faktor apa saja yang mempengaruhi penafsirannya. Peneliti kemudian melihat konstruksi gender Hamzah di mana ia memang menganggap bahwa dalam ranah domestik, lelaki adalah pemimpin serta memiliki keutamaan dibandingkan perempuan. Namun, keutamaan tersebut terletak pada tanggung jawabnya untuk memberikan kenyamanan bagi istri maupun anakanaknya. Lalu di ranah publik, perempuan sepenuhnya memiliki kesempatan yang sama dengan lelaki. Mereka setara dalam menyuarakan pendapatnya, setara dalam hal kesempatan pekerjaan dan setara dalam hal memperoleh akses pendidikan dengan syarat ia tetap memprioritaskan tugasnya di ranah domestik. Konstruksi tersebut tentu dilatarbelakangi oleh beberapa hal yang melingkupi Kariman Hamzah. Sejauh ini, peneliti melihat bahwa bias yang dimilik Hamzah terpengaruh oleh hubungan intelektualnya dengan beberapa ulama besar Ikhwanul Muslimin, kondisi sosial perempuan Mesir, dan kultur Media Pers serta pertelevisian Mesir. Melihat temuan tersebut, peneliti menilai walaupun penafsiran Hamzah memang mengandung beberapa bentuk diskriminasi gender, namun kita tidak bisa menafikan adanya keterpengaruhan pengalaman Hamzah sebagai perempuan dalam penafsirannya karena dalam beberapa sisi ia juga sangat berhati-hati dalam memposisikan perempuan. Dengan ini peneliti meyakini bahwa mufassir perempuan tidak akan serta merta menghasilkan penafsiran yang sepenuhnya adil gender. Namun, meskipun ia dikelilingi oleh kentalnya budaya patriarki, mufassir perempuan tetap akan melahirkan beberapa ide kesetaraan yang bertumpu pada pengalamannya sebagai seorang perempuan PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - Al-Lu?lu? wa Al-Marj?n f? Tafs?r Al-Qur??n KW - Kariman Hamzah KW - Gender M1 - skripsi TI - KONSTRUKSI GENDER DALAM KITAB TAFSIR AL-LU?LU? WA AL-MARJ?N KARYA KARIMAN HAMZAH (Studi Atas Penafsiran Mufassir Perempuan) AV - restricted EP - 170 ER -