%A NIM.: 18200010156 Troitje Patricia Aprilia Sapakoly %O Pembimbing : Ro’fah, S. Ag, BSW, MA, Ph. D %T EKO-LABORASI: SEBUAH KONSTRUKSI EKOTEOLOGI BERDASARKAN PERSPEKTIF EKOFEMINIS DEWI CANDRANINGRUM DAN MARGARETHA SETING BERAAN %X Tesis ini mengkaji tentang wacana dan gerakan ekofeminisme yang relevan bagi konstruksi ekoteologi. Berangkat dari perspektif ekofeminis Dewi Candraningrum dan Margaretha Seting Beraan, penelitian ini mengulas tentang bagaimana diskursus ekofeminisme dari seorang scholar Dewi Candraningrum dan aktivisme Margaretha Seting Beraan menjadi sebuah tarian yang berkait-kelindan dengan ekoteologi dalam upaya menyelamatkan bumi serta mewujudkan keadilan sosial dan keadilan ekologis. Penelitian ini berkontribusi bagi ekofeminisme dan ekoteologi khususnya Islam dan Kristen agar pro-aktif mencegah kehancuran bumi dan tidak sekadar responsif karena krisis ekologi. Penelitian ini menggunakan ekofeminisme sebagai basis teori dengan memaparkan juga teori lingkungan dan ekoteologi untuk melihat perkawinan antara ekoteologi dan ekofeminisme dari kedua tokoh ekofeminis Dewi Candraningrum dan Margatetha Seting Beraan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-interpretatif-analitis yang bertujuan untuk menguraikan, menginterpretasi dan menganalisis narasi dan praksis hidup Dewi Candraningrum dan Margaretha Seting Beraan yang relevan bagi konstruksi ekoteologi. Penulis mengumpulkan data dari informan primer melalui wawancara dan observasi kemudian analisis terhadap hasil wawancara dan tulisan dari sumber primer maupun sekunder. Hasil penelitian ini adalah eko-laborasi yang berarti kolaborasi ekofeminisme dan ekoteologi berdasarkan prinsip memelihara keberlanjutan bumi dapat digunakan sebagai bangunan ekoteologi Islam dan Kristen. Dewi Candraningrum yang adalah seorang ekofeminis spiritual dan Margaretha Seting Beraan yang merupakan ekofeminis sosialis melakukan perjuangan yang berpihak pada perempuan, Masyarakat Adat dan alam dengan tetap menggunakan nilai-nilai agama yang dianut masing-masing. Dewi Candraningrum dan Margaretha Seting Beraan sama-sama melihat bahwa reinterpretasi terhadap ayat-ayat Kitab Suci perlu dilakukan dengan menggunakan perspektif ekologi yang Dewi sebut sebagai “tafsir hijau”. Agama juga harus menggunakan kekuatannya untuk mengarahkan umat dalam partisipasi merawat alam. Hal ini akan menunjukkan spirit pro-aktif dalam mencintai bumi yang adalah “rumah bersama” dan tidak hanya sekadar responsif pada saat krisis ekologi terjadi. Agama, khususnya Islam dan Kristen perlu melakukan eko-laborasi dalam dialog dan aksi sehingga suara kenabian itu tampak di tengah-tengah sistem patriarki-kapitalis yang menjadi akar penindasan terhadap perempuan dana lam yang menyebabkan kehancuran ekologis. %K Eko-laborasi, Tafsir Hijau, Ekofeminisme, Ekoteologi, Ekologi. %D 2020 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib45348