@mastersthesis{digilib45433, month = {March}, title = {KEHIDUPAN SOSIAL PEREMPUAN PADA MASA PEMBERONTAKAN KAHAR MUZAKKAR DI SULAWESI SELATAN, 1953-1965}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 18201020017 Nurul Azizah}, year = {2021}, note = {Prof. Dudung Abdurrahman, M.Hum.}, keywords = {Perempuan, Pemberontakan, Ketidakadilan Gender}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45433/}, abstract = {Penelitian ini merupakan kajian sejarah perempuan yang mengkaji kehidupan sosial perempuan pada masa pemberontakan Kahar Mudzakkar di Sulawesi Selatan,1953-1965. Penelitian ini didasarkan pada argumen bahwa belum ditemukan tulisan yang mengkaji mengenai sejarah perempuan pada masa pemberontakan Kahar Mudzakkar padahal pada periode ini ditemukan fakta-fakta sosial mengenai keterlibatan perempuan pada peristiwa pemberontakan. Untuk membahas tema ini akan diarahkn pada tiga bagian yakni penjelasan mengenai struktur sosial masyarakat Sulawesi Selatan, proses terjadinya pemberontakan, dan pengaruh pemberontakan Kahar Mudzakkar pada kehidupan sosial perempuan di Sulawesi Selatan. Penelitian ini termasuk dalam penelitian sejarah sosial dengan menggunakan pendekatan sosiologis. Konsep struktur sosial digunakan untuk memberi gambaran mengenai kondisi masyarakat Sulawesi Selatan. Konsep gerakan sosial, dipakai untuk menjelaskan proses terjadinya pemberontakan Kahar Mudzakkar dan konsep gender sebagai sebuah analisis digunakan untuk menjelaskan pengaruh pemberontakan Kahar Mudzakkar pada kehidupan sosial perempuan di Sulawesi Selatan. Untuk metode penelitian digunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari proses heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Sulawesi Selatan merupakan wilayah yang baru memulai pembangunan ketika pemberontakan Kahar Mudzakkar berlangsung. Penduduk Sulawesi Selatan terdiri dari suku Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja. Mayoritas penduduknya beragama Islam. Dalam tatanan masyarakat, perempuan khususnya anak pertama sejak kecil dididik oleh ibunya untuk mengurus urusan rumah tangga. Ditangannya pula dibebankan nama baik keluarga. Pemberontakan Kahar Mudzakkar pada awalnya berangkat dari ketidakpuasan gerilyawan yang tidak memperoleh posisi di Angkatan Darat. Pada tahun 1953, pemberontakan ini secara resmi bergabung dengan DI/TII di Jawa Barat. Penggabungan gerakan ini dengan DI/TII berdampak pada masyarakat. Mereka mulai mencari simpati rakyat dan ulama, menarik batas antara wilayah mereka dan republik Indonesia, serta memberlakukan hukum Islam. Keterlibatan perempuan baik secara aktif maupun pasif dalam gerakan Kahar Mudzakkar menjadikan mereka mendapatkan pengaruh dari terjadinya pemberontakan. Penafsiran fenomena sosial keaagamaan yang androsentrisme, patriarki dan seksis oleh gerakan pemberontakan Kahar Mudzakkar menjadikan terjadinya ketidakadilan gender pada perempuan. Ketidakadilan gender ini terjadi tidak hanya pada mereka yang tinggal di daerah kekuasaan pemberontak namun juga pada mereka yang tinggal di luar wilayah tersebut. Bentuk ketidakadilan gender yang terjadi yakni marginalisasi, subordinasi dan juga kekerasan.} }