@mastersthesis{digilib45545, month = {April}, title = {TRANSMISI HADIS MENJAGA HUBUNGAN BAIK DENGAN TETANGGA (Studi Living Hadis dengan Kasus Larangan Berkopiah Putih di Pondok Pesantren al-Anwar Sarang Rembang)}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM: 19205010009 SHOHIBUL MAQOM}, year = {2021}, note = {Dr. H. Shofiyullah MZ, S.Ag., M.Ag}, keywords = {pondok psantren, al-qur'an dan hadis}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45545/}, abstract = {Penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren al-Anwar Sarang Rembang. Ketertarikan penulis akan adanya budaya atau praktik larangan berkopiah putih bagi santri yang belum berhaji menjadi salah satu faktor atau latar belakang penulis tertarik untuk memilih tempat tersebut dan mengupayakan untuk mengkajinya lebih lanjut. Praktik ini pula memiliki unsur keunikan tersendiri dari pondok pesantren al-Anwar dibandingkan dengan pondok lainnya yang membolehkan bahkan menganjurkan santrinya untuk memakai kopiah putih. Pondok pesantren al-Anwar adalah salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai pengaruh dominan dalam membentuk santri berdasarkan al-Qur?an dan hadis. Inilah yang menyiratkan bahwa adanya unsur living hadis yang secara terus menerus hidup di dalam praktik larangan berkopiah putih. Dalam menggali data mengenai praktik larangan berkopiah putih, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian lapangan (field research) dan penelitian kepustakaan (library research). Adapun pendekatan dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan sosiologis, dengan sifat penelitian deskriptif analitik. Adapun sumber datanya terbagi menjadi dua, yaitu primer (informan dari pondok al-Anwar), skunder (literatur-literatur yang berhubungaan dengan tema penelitian). Pengumpulan datanya ialah wawancara (interview), observasi, dan dokumentasi. Sedangkan analisis datanya adalah analisis kualitatif yaitu menguraikan data dalam perspektif emic dan dikaitkan dengan teori triad dialectic Peter L. Berger. Teori triad dialectic Peter L. Berger diantaranya eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi. Dengan teori Berger tersebut menghasilkan sebuah kesimpulan akan adanya transmisi dan transformasi pengetahuan mengenai larangan berkopiah putih dalam menjaga hubungan baik kepada tetangga. Adapun proses dialektis dari kesimpulan tersebut ialah ekternalisasi, yaitu dari latar belakang pengetahuan yang diperoleh KH. Maimoen Zubair ketika ia menjadi santri, kiai, maupun ulama Indonesia serta dari stoke of knowledge (cadangan pengetahuan) mengenai praktik berkopiah putih bagi orang yang berhaji, menyebabkan ia mengekspresikan yang demikian itu dalam larangannya terhadap santri untuk tidak memakai kopiah putih dengan tujuan untuk menghormati segala jerih payah dan usaha orang dalam menunaikan rukun Islam yang kelima itu (di Sarang). Dari larangan tersebut menyebabkan adanya proses objektivasi (pelembagaan) yaitu adanya peraturan pondok dalam melarang santri untuk tidak memakai kopiah putih, yang tercantum di dalam buku tata tertib santri pada pasal 18 ?larangan-larangan?, kemudian dipraktikkan oleh kiai, ustaz dan santri di dalam keseharianya. Praktik larangan berkopiah putih yang telah terlembaga ini menyebabkan masyarakat (kiai, ustaz dan santri) mengalami proses yang ketiga dari teori Berger, yaitu internalisasi. Internalisasi ini ialah penghayatan masyarakat akan kenyaataan objektif dipandang dengan sifat subjektifitasnya. Dalam masalah ini masyarakat (kiai, ustaz dan santri) menghayati adanya larangan tersebut sesuai dengan penghayatan masing-masing individu, diantaranya: bersikap tawaduk, menolong tetangga yang telah berhaji khususnya untuk selalu bersyukur, mempraktikkan {\d h}usn alkhuluq (budi pekerti yang baik) terhadap tetangga, bersikap inklusif, membuat penampilannya terlihat gagah, ta?{\d z}im kepada masy{\=a}yikh, tidak menyakiti hati ({\=i}{\.z}{\=a}u almuslim) tetangganya dan memperoleh ilmu yang berkah} }