@mastersthesis{digilib45548, month = {April}, title = {KONSEP PENYUCIAN AHLUL BAIT DALAM SURAT AL-A{\d H}Z{\=A}B 33 DAN KONTEKSTUALISASINYA PADA PENYUCIAN HABAIB (ANALISA MA?N{\=A}-CUM-MAGZ{\=A})}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM: 19205010032 Ahmad Syahid, S.Ag.}, year = {2021}, note = {Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A.}, keywords = {Penyucian, Ahlul Bait, Habaib, al-A{\d h}z{\=a}b 33, Ma?n{\=a}-cum-Magz{\=a}.}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45548/}, abstract = {Suatu tema yang sering terjadi perdebatan di lingkup ulama tafsir yaitu penafsiran surat al-A{\d h}z{\=a}b ayat 33. Ayat tersebut membahas nasabnya Rasulullah saw yang disucikan dari berbagai dosa yang mana ayat ini disebut juga dengan ayat penyucian. Ahlul Bait merupakan sebutan keluarga Rasulullah saw yang mendapatkan keistimewaan tersebut yang berada pada ayat itu. Habaib seringkali dipadankan dengan Ahlul Bait, sehingga menjadi tampak seperti keistimewaan pada Ahlul Bait juga didapatkan oleh habaib. Akhirnya, memunculkan berbagai penafsiran tentang siapa yang dimaksud Ahlul Bait yang layak mendapatkan keistimewaan tersebut khususnya dalam surat al-A{\d h}z{\=a}b 33. Penelitian ini berupaya melakukan kajian konsep penyucian Ahlul Bait dengan menggunakan teori ma?n{\=a}-cum-magz{\=a} yang selanjutnya dikontekstualisasikan pada penyucian habaib. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yang sifatnya kajian konsep. Peneliti berupaya menggali data-data yang berkaitan dengan penginterpretasian, ide, dan pemahaman konsep. Selanjutnya, data-data yang telah dikumpulkan itu dianalisa serta dilakukan pendeskripsian sesuai dengan penginterpretasian serta pemahaman teori ma?n{\=a}-cum-magz{\=a}. Kemudian pada akhirnya, peneliti membuat kesimpulan dari hasil analisa itu. Hasil dari analisa peneliti bisa diambil kesimpulan bahwasanya konsep penyucian Ahlul Bait pada surat al-A{\d h}z{\=a}b ayat 33 perspektif teori ma?n{\=a}-cum-magz{\=a} yaitu (1) siapapun yang ingin mendapatkan penyucian atau pengampunan dari Allah swt, maka harus takwa kepada Allah swt, berakhlak mulia, serta berbuat kebajikan baik itu dari kalangan keturunan Rasulullah saw maupun bukan, dan (2) siapa saja yang memenuhi kriteria sebagai orang yang disucikan, maka mempunyai hak posisi sebagai orang yang diistimewakan oleh Allah swt. Kemudian kontekstualisasinya pada penyucian habaib yaitu (1) habaib merupakan orang yang mendapatkan legalitas dalam al-Qur?an untuk dibersihkan segala dosa-dosanya, karena habaib juga termasuk hamba Allah swt yang mempunyai hak atas pengampunan-Nya dengan syarat harus bertakwa kepada Allah swt, berakhlak mulia, serta berbuat kebajikan dan (2) habaib yang memenuhi kriteria sebagai orang yang disucikan, maka mempunyai hak posisi sebagai orang yang diistimewakan oleh Allah swt. Hal ini berlandaskan analisa linguistik secara intratekstualitas dan intertekstualitas, konteks asb{\=a}b al-nuz{\=u}l ayat secara mikro dan makro, serta menangkap makna simbolik.} }