%0 Thesis %9 Skripsi %A Irine Indriana Wati, NIM. 17106060028 %B FAKULTAS SAINS DAN TENOLOGI %D 2021 %F digilib:45713 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Proses Produksi, FTA, FMEA, FAHP, Grey Theory, RPN %P 377 %T PENERAPAN GREY THEORY DALAM FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) PADA PROSES PRODUKSI AIR MINUM DALAM KEMASAN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45713/ %X Pada era seperti sekarang industri dituntun untuk menghasilkan produk yang berkualitas agar dapat bersaing. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk melakukan pencegahan terhadap kecacatan produk yang terjadi pada proses produksi adalah metode Failure Mode and Efect Analysis (FMEA). Dalam penerapannya FMEA tradisonal banyak mendapatkan kritik karena memperoleh nilai RPN yang sama meskipun memiliki risiko yang berbeda, sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan penerapan Grey Theory pada Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) yaitu dengan melakukan integrasi metode FMEA tradisional dan Grey Theory dengan menggunakan metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (FAHP) untuk melakukan pembobotan. Penerapan Grey Theory dalam Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) untuk melakukan penentuan prioritas permasalahan dan diagram sebab akibat dan 5W+1H untuk menentukan usulan perbaikan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan responden yang telah ditentukan dapat diketahui bahwa untuk proses produksi air minum dalam kemasan cup 240 ml terdapat 17 potensi kegagalan dan untuk proses produksi air minum dalam kemasan botol 600 ml terdapat 16 potensi kegagalan. Setelah dilakukan perhitungan nilai RPN dengan melakukan penerapan Grey Theory dalam Failure Mode and Effect Analyis (FMEA) diperoleh masing-masing 5 potensi kegagalan untuk produk cup 240 ml dan botol 600 ml yang memiliki nilai kritis dan menjadi prioritas untuk dilakukan perbaikan untuk kemasan cup 240 ml adalah air kurang, double, reject cup supplier, pecah cup dan lid bocor dengan nilai GRPN 0,451878; 0,478766; 0,580463; 0,580703; dan 0,581844. Untuk kemasan botol 600 ml yaitu air kurang, pecah body, bocor, botol pecah, dan penyok dengan nilai GRPN 0,456263; 0,468022; 0,557641; 0,581844; dan 0,601829. Berdasarkan hasil penelitian usulan perbaikan yang diberikan untuk mengatasi masalah kegagalan tersebut adalah melakukan penjadwalan pengadaan barang dengan lebih baik, memeperketat pengawasan, memilih karyawan yang terbaik untuk operator, mengkondisikan ruangan produksi, menegur supplier yang tidak memanuhi spesifikasi, dan memberikan sanksi terhadap karyawan yang lalai. %Z Ira Setyaningsih, S.T. M. Sc