TY - THES N1 - Dr. Tatik Mariyatut Tasnimah, M.Ag ID - digilib45809 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/45809/ A1 - Rahimal Khair, NIM. 18201010004 Y1 - 2020/08/03/ N2 - Penelitian ini bertujuan mengkaji ketertindasan dan pembungkaman yang dihadapi tokoh perempuan subaltern dalam menyuarakan ketertindasan yang digambarkan oleh Najib al-Kailani dalam novel Lail wa Qudhban. Penelitian ini diilhami oleh Najib al-Kailani yang merupakam sastrawan muslim namun menampilkan tokoh utama dalam novelnya melakukan perselingkuhan sebagai jalan keluar masalah hidupnya dan novel ini difilmkan namun tokoh perempuan tidak diperhitungkan sebagaimana dalam novel. Penelitian ini menggunakan teori pascakolonial Gayatri C. Spivak yang berfokus melihat suara subaltern perempuan. Penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka yang mengkaji karya sastra sebagai objek materialnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif yang dibantu dengan dekonstruksi. Hasil penelitian menunjukkan perempuan subaltern (Inayat) dalam novel Lail wa Qudhban tidak bisa berbicara, maksudnya walaupun Inayat bisa menyuarakan ketertindasannya dan mampu melakukan perlawanan akan tetapi tidak ada yang bisa mendengarkannya karena Inayat dibungkam oleh laki-laki. Ada tiga poin yang membuktikan ketidakmampuan Inayat berbicara yaitu pertama, Inayat dibungkam oleh aturan yang biar gender dan telah berlaku dalam masyarakat yang tidak mudah dilawan. Seperti penafsiran ajaran agama yang biar gender, adat isti-adat, konstruksi sosial terhadap perempuan, dan pelabelan yang merendahkan perempuan. kedua, Inyat sebagai perempuan subaltern dibungkam dan ditindas oleh tindakan laki-laki yang bertujuan menindas dan menguasai Inayat seperti sikap romantis, pemberian hadiah, harta melimpah hasil korupsi, sikap kasar, rumah sebagai penjara, dan ajakan berlibur. Ketiga, usaha Inayat menyuarakan penderitan yang dirasakan dan pemberontakan yang bisa membebaskannya adalah pemberontakan yang berdampak besar bahkan dapat menghilangkan harga diri dan menjadi aib, sehingga perbuatan heroik yang dilakukan tidak dipandang sebagai jasa besar. Maka dengan demikian Najib al- Kailani dalam novelnya mencoba merepresentasikan ketidakmampuan perempuan subaltern berbicara dalam masyarakat Mesir dan mencontohkan bentuk baru sastra Islam yang berisi narasi Islam dan kemanusiaan. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - pascakolonial KW - subaltern KW - Najib al-Kailani KW - Lail wa Qudhban KW - Gayatri C. Spivak M1 - masters TI - REPRESENTASI PEREMPUAN SUBALTERN DALAM NOVEL LAIL WA QUDHBAN KARYA NAJIB AL-KAILANI (KAJIAN PASCAKOLONIAL) AV - restricted EP - 184 ER -