%A NIM: 18205010012 Za’im Kholilatul Ummi, S.Th.I. %O Prof. Dr. Muhammad, M.Ag. %T INTERPRETASI WAHBAH AL-ZUHAILI ATAS AYAT-AYAT DISABILITAS DALAM KITAB AL-TAFSIR AL-MUNIR FI AL-‘AQIDAH WA AL-SYARI‘AH WA AL-MANHAJ %X Al-Qur’an secara umum mengakui keberadaan disabilitas, bahkan dalam beberapa ayat disebutkan sebagai individu yang istimewa. Meskipun al-Qur’an tidak menyebut istilah disabilitas secara eksplisit, penulis menggunakan term yang menunjukkan kondisi disabilitas, yaitu a’ma> yang berarti buta, akmaha atau kebutaan tidak total, bukmun artinya tidak dapat berbicara; bisu. s{ummun yaitu tuli, dan a’raj yang berarti pincang. Term-term tersebut mengandung dua makna, yakni makna hakiki dan makna majazi. Penulis tertarik untuk membahas tema ini dalam perspektif tafsir kontemporer untuk mengetahui makna sekaligus respon al-Qur’an terhadap eksistensi penyandang disabilitas. Oleh karena itu, rumusan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah: Bagaimana interpretasi Wahbah Zuhaili atas ayatayat disabilitas di dalam kitab tafsir al-Muni>r?; Bagaimana interpretasi Wahbah Zuhaili dalam bingkai teori hermeneutika Gadamer?; dan Apa relevansi interpretasi Wahbah Zuhaili atas ayat-ayat disabilitas dalam konteks kekinian dan keIndonesiaan?. Penelitian ini merupakan studi pustaka (library research) dengan menggunakan sumber primer kitab tafsir al-Tafsi>r al-Muni>r fi> al-‘Aqi>dah wa al- Syari>‘ah wa al-Manhaj karya Wahbah Zuhaili. Penelitian ini disajikan dalam bentuk deskriptif analitis dengan menggunakan teori hermeneutika Gadamer. Penulis terlebih dahulu menentukan tema pembahasan dan mengklasifikasikan ayat-ayat yang menghimpun istilah disabilitas dan menyajikannya dalam perspektif Wahbah Zuhaili. Kemudian menelaah dan menganalisis pembahasan tersebut menggunakan teori hermeneutika Gadamer. Dalam penelitian ini disebutkan bahwa interpretasi Wahbah Zuhaili terhadap makna hakiki menunjukkan makna netral dan cenderung memiliki makna yang bagus sedangkan makna majazi menunjukkan keadaan manusia dari sisi yang negatif dan keburukan, yaitu sebagai sebuah perumpamaan bagi orang-orang kafir, orang-orang yang mendustakan agama dan menolak risalah Nabi, orang-orang yang durhaka, kafir, dan lain-lain. Pembacaan interpretasi Wahbah Zuhaili dalam bingkai teori menunjukkan bahwa pengalaman hidup dan latar belakang pendidiknnya menjadi affective history pada hasil penafsirannya. Penafsiran Wahbah Zuhaili terhadap ayat-ayat disabilitas dipengaruhi oleh hasil penafsirannya terhadap pemahaman semua manusia setara (QS al-Hujurat [49]: 13) dan saling menghargai sesama makhluk Allah (QS al-Hujurat [49]: 11). Meaningful sense yang dihadirkan dalam penafsirannya mengenai ayat-ayat disabilitas adalah semangat kesetaraan antara penyandang disabilitas dan abilitas. Adapun relevansinya dengan konteks keIndonesiaan, saat ini pemerintah dan masyarakat lebih ramah terhadap penyandang disabilitas dan membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah hambatan dengan menyediakan beberapa tempat ramah difabel. Upaya pemenuhan hak bagi penyandang disabilitas juga mengangkat eksistensi penyandang disabilitas sebagai manusia seutuhnya. %K Disabilitas, Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Muni>r, Hermeneutika Gadamer. %D 2020 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib45967