eprintid: 4625 rev_number: 26 eprint_status: archive userid: 82 dir: disk0/00/00/46/25 datestamp: 2013-10-07 03:40:19 lastmod: 2016-12-22 03:06:37 status_changed: 2012-05-04 16:46:30 type: thesis metadata_visibility: show creators_name: YULI ASTUTI - NIM. 96121855, title: TRADISI UPACARA LABUHAN DI GUNUNG MERAPI PADA MASA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX ispublished: pub subjects: S divisions: jur_spi full_text_status: restricted keywords: Labuhan, sesaji, Gunung Merapi, upacara, Kraton Yogyakarta note: Pembimbing: Drs. Dudung Abdurahman, M.Hum abstract: Kepercayaan masyarakat Jawa tentang roh dan kekuatan ghaib telah ada sejak dahulu sejak zaman pra sejarah. Nenek moyang mereka percaya bahwa semua benda yang ada di sekelilingnya itu bernyawa dan semua yang bergerak itu hidup serta mempunyai kekuatan ghaib dan mempunyai watak baik dan buruk dan mereka juga beranggapan bahwa semua roh yang ada terdapat roh yang paling berkuasa dan lebih kuat dari manusia, maka dari itu untuk menghindari roh jahat mereka menyembahnya dengan jalan mengadakan upacara dengan sesaji. Labuhan artinya sama dengan larung atau membuang sesuatu di dalam air (sungai atau laut) atau memberi sesaji kepada roh halus yang berkuasa di suatu tempat. Labuhan di Gunung Merapi adalah salah satu upacara yang diselenggarakan secara rutin oleh Kraton Yogyakarta dan diadakan sekali dalam setahun. Upacara ini di selenggarakan setiap sehari sesudah upacara tingalan Dalem (ulang tahun kelahiran raja). Upacara Labuhan ini tetap dilakukan sampai saat ini dengan maksud memohon keselamatan dari segala makhluk halus yang ada di Pulau Jawa untuk keselamatan pribadi Sri Sultan, Karaton Yogyakarta dan rakyat Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode wawancara untuk menguji kebenaran dan kemantapan data yang diperoleh, yang menjadi nara sumbernya adalah pelaku upacara dan tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat dalam pelaksanaan upacara sehingga data yang didapat berupa sejarah lisan. Metode Dokumentasi di perlukan di sini untuk pengumpulan sumber tertulis dan merupakan sumber primer dan sekunder dan juga menggunakan metode Observasi Langsung yaitu pengamatan langsung yang dilakukan untuk memperoleh fakta nyata tentang upacara labuhan di Gunung Merapi dengan cara mengamati dan juga melakukan pencatatan. Dari kajian ini dapat diambil kesimpulan bahwa tradisi upacara labuhan sudah lama dilakukan sejak Panembahan Senopati naik tahta sebagai Raja Mataram dan untuk labuhan di Gunung Merapi pada hakekatnya untuk tujuan balas jasa dan persembahan kepada roh leluhur dan juga untuk keselamatan raja, kraton dan rakyat Yogyakarta. date: 2010-06-21 date_type: published institution: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta department: Fakultas Adab thesis_type: skripsi thesis_name: other refereed: TRUE referencetext: update terakhir : 2010-06-21 11:47:48 ; nama file diserver lama : digilib-uinsuka--yuliastuti-4404-1-yuliast-x.pdf ; letak file diserver lama : ./files/disk1/89/digilib-uinsuka--yuliastuti-4404-1-yuliast-x.pdf ; url download server lama : /download.php?id=4936 ; nama file lama : YULI ASTUTI NIM. 96121855 TRADISI UPACARA LABUHAN DI GUNUNG MERAPI PADA MASA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX.pdf ; format file : application/pdf ; besar file : 1202130 Kb. penulis : ; Copyright (c) 2010 by Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Verbatim copying and distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is preserved. citation: YULI ASTUTI - NIM. 96121855, (2010) TRADISI UPACARA LABUHAN DI GUNUNG MERAPI PADA MASA SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO IX. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4625/1/BAB%20I%2CV%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/4625/2/BAB%20II%2CIII%2CIV.pdf