eprintid: 46359 rev_number: 14 eprint_status: archive userid: 13116 dir: disk0/00/04/63/59 datestamp: 2021-12-06 02:09:04 lastmod: 2021-12-06 02:09:04 status_changed: 2021-12-06 02:09:04 type: thesis metadata_visibility: show contact_email: muchti.nurhidaya@gmail.com creators_name: Shofa Auliya Fa'izah, NIM.: 17103060054 title: KETENTUAN MELAFADZKAN RUKUN QAULI DALAM SALAT BAGI DIFABEL WICARA (ANALISIS IMAM ABU HANIFAH DAN MUHAMMAD BIN IDRIS ASY-SYAFI’I) ispublished: pub subjects: PD subjects: hukum subjects: sol_at divisions: jur_pma full_text_status: restricted keywords: Sholat; Tuna wicara; Imam Abu Hanifah, Imam asy-Syafi’i note: Pembimbing : Drs. Abd. Halim, M.Hum. abstract: Salat merupakan salah satu rukun Islam yang dijadikan sebagai simbol tiang agama. Seseorang yang menjalankan salat dengan tidak memenuhi salah satu atau sebagian dari syarat dan rukun salat maka dianggap tidak menjalankan salat secara benar, dan salatnya pun dianggap tidak sah. Dalam permasalahan ini, tidak banyak para fuqaha yang membahas mengenai salatnya orang yang difable wicara. Meskipun ada, tetapi tidak ada pembahasan secara khusus dan detil mengenai hukum salat bagi difable wicara. Dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat antara Imam Abu Hanifah dan Imam asy-Syafi’i. Menurut Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa membaca surah al-Fatihah bukan merupakan rukun salat. Sedangkan menurut Imam asy-Syafi’i berpendapat bahwa surah al-Fatihah merupakan rukun salat. Jenis penelitian yang digunakan adalah Library Research, yang menggunakan literatur berupa kitab, buku, jurnal, kamus, karya pustaka yang berkaitan dengan objek kajian. Sifat penelitian ini adalah deskriptif, komparatif, analitik, yaitu menjelaskan, memaparkan, dan menganalisa serta menbandingkan metode istinbath hukum yang digunakan oleh Imam Abu Hanifah dan Imam asy-Syafi’i tentang ketentuan melafadzkan rukun qauli dalam salat bagi difabel wicara. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori إِذَا تعََذَّرَ الأْصْل یُصَُارُ إلِىَ الْبدََلِ yang artinya, “Pengganti menempati posisi yang digantikan, namun pengganti tidak dijalankan kecuali jika pelaksanaan (ibadah) yang diganti terhalang.” Adapun juga teori kaidah ushul dalam menentukan rukun tertib salat yang dalam kepenulisan ini bersifat tambahan yakni teori عَامُ المْطُلْقَ عنَْ قرَیِنْةَ تخُصَصِّھُ یدَلُُّ علَىَ العْمُوُْمِ قطَعْاً dan teori ماَ منِْ عاَمٍ إلِاَّ وقَدَ خصُصَِّ . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Imam Abu Hanifah dan Imam asy-Syafi’i memiliki perbedaan pendapat mengenai rukun qauli dalam melaksanakan salat. Dalam hal ini, Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa surah al-Fatihah tidak termasuk dalam rukun salat, melainkan yang termasuk rukun salat adalah membaca ayat al-Qur’an, apabila mushalli tidak bisa membacanya, maka pengganti/badalnya, mushalli boleh menggantinya dengan berdiam sejenak sekiranya selama bacaan surah al-Fatihah selesai. Sedangkan Imam asy-Syafi’i berbeda pendapat bahwa membaca surah al-Fatihah termasuk rukun dalam salat, apabila mushalli tidak bisa membacanya, maka pengganti/badalnya, mushalli boleh membaca surah-surah yang dia bisa yang hurufnya tidak kurang dari jumlah huruf di surah al-Fatihah. date: 2021-07-19 date_type: published pages: 211 institution: UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA department: FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM thesis_type: skripsi thesis_name: other citation: Shofa Auliya Fa'izah, NIM.: 17103060054 (2021) KETENTUAN MELAFADZKAN RUKUN QAULI DALAM SALAT BAGI DIFABEL WICARA (ANALISIS IMAM ABU HANIFAH DAN MUHAMMAD BIN IDRIS ASY-SYAFI’I). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA. document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46359/1/17103060054_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46359/2/17103060054_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf