@phdthesis{digilib46869, month = {July}, title = {MODEL TERAPI YAYASAN LEMBAGA PERLINDUNGAN ANAK (YLPA) DALAM MENANGANI KLIEN STRES PASCATRAUMA (PTSD) AKIBAT KEKERASAN SEKSUAL}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 15250025 Agustina Ari Ambarwati}, year = {2021}, note = {Pembimbing : Abidah Muflihati, S.Th.I., M.Si.}, keywords = {Model Terapi, Kekerasan Seksual, Post Traumatic Stress Disorder}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/46869/}, abstract = {Tindak kekerasan seksual pada anak dapat mengakibatkan gangguan psikologis berupa PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). Gangguan tersebut akan memengaruhi keberfungsian secara fisik, psikis, dan sosial korban. YLPA DIY membantu memberikan pendampingan kepada klien yang mengalami PTSD dengan beberapa model terapi yang berupa; terapi psikologis dan terapi sosial. Bentuk terapi disesuaikan berdasarkan sesuai kasus. Terapi psikologis dilaksanakan oleh seorang psikolog dan terapi sosial dilaksanakan oleh TKS (Tenaga Kesejahteraan Sosial). Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yakni menggambarkan mengenai model terapi YLPA DIY dalam menangani klien stres pascatrauma akibat kekerasan seksual. Landasan teori pada terapi psikologis dan terapi sosial. Terapi psikologis berupa; CBT, REBT, dan terapi bermain. Sedang pada terapi sosial berupa intervensi pekerjaan sosial dengan terapi pada keluarga menggunakan terapi struktural keluarga. Adapun subjek penelitiaan ada dua orang, yang terdiri dari psikolog dan TKS. Dalam menghimpun data metode yang digunakan adalah wawancara, observasi, serta dokumentasi. Sedangkan untuk menganalisis data, dilakukan dengan mereduksi data untuk dipilah agar menjawab rumusan masalah. Pada penelitian ini memparkan bahwa ada berbagai model terapi yang dapat digunakan untuk membantu klien dengan PTSD akibat kekerasan seksual. Psikolog yang berada di YLPA DIY telah menggunakan terapi CBT, EMDR, dan terapi bermain untuk membantu kliennya pulih. Dan TKS memberikan intervensi sosial berupa intervensi individu secara tidak langsung kepada klien, dan memberikan terapi struktural keluarga pada ranah intervensi mezzo.} }