%0 Thesis %9 Masters %A Rizka Hidayatul Umami, S.Ag, NIM.: 19200010045 %B FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN %D 2021 %F digilib:47841 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Ekoteologi, Gender, Kaweruh Jawa Dipa, Kesalingan, Krisis Ekologi. %P 140 %T NAPAS KESALINGAN STUDI EKOTEOLOGI PADA AJARAN PENGHAYAT KAWERUH JAWA DIPA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47841/ %X Krisis ekologi yang terjadi secara massif tidak bisa dipisahkan dari ulah manusia, yang semena-mena mengeksploitasi alam. Cara pandang antroposentrisme yang mendominasi pemahaman teks-teks agama, menjadikan alam tidak lebih dari sekadar objek pasif. Di sini ajaran tentang alam dalam aliran kepercayaan, perlu dikaji lebih dalam sebagai upaya lokal untuk mendekatkan kembali relasi antara manusia dan alam. Peran-peran individu penghayat, terutama perempuan yang memiliki pengalaman khas dan keintiman dengan alam, penting diketahui sebagai bukti adanya relasi kesalingan antara manusia dan alam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memaparkan praktik lokal atau laku penghayat Kaweruh Jawa Dipa dalam rangka menghormati alam. Dalam penelitian ini, konsep ekoteologi digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh di lapangan. Perspektif gender juga ditambahkan untuk menganalisis adanya kesetaraan peran tiap-tiap individu penghayat. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah pimpinan pusat penghayat Kaweruh Jawa Dipa dan perempuan penghayat Kaweruh Jawa Dipa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, dilanjutkan dengan wawancara mendalam (indepth interview) dengan informan dan didukung dokumentasi. Penelitian ini mengungkap bahwa Kaweruh Jawa Dipa menyakini manusia tidak bisa hidup tanpa kehadiran entitas lain dari alam. Hadirnya ketersalingan dikarenakan seluruhnya berasal dari satu napas tunggal, yakni Tuhan Yang Maha Esa. Alam juga bagian dari kitab tanpo tulis. Adapun ajaran tentang relasi manusia dan alam terimplementasi dalam laku spiritual personal, yang khas dan berbeda antar masing-masing penghayat Kaweruh Jawa Dipa, meliputi ziarah ke ritus atau tempat-tempat sakral sesuai panggilan alam, menajamkan lima indera untuk membaca tanda alam, meditasi (topo bisu) dan sujud bumi. Kaitannya dengan konstruksi gender, bagi penghayat Kaweruh Jawa Dipa, baik laki-laki maupun perempuan berasal dari satu napas, keduanya dianggap mumpuni, karena memiliki modal spiritual dalam menjalankan tugas dari Sang Hyang Tunggal. termasuk untuk melestarikan alam seisinya. %Z Pembimbing: Dr. Roma Ulinnuha, S.S.,M.Hum.