@mastersthesis{digilib47994, month = {January}, title = {IBN ARABI DAN SHALAT DALAM AL-FUTUHAT AL-MAKIYYAH}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 17205010086 Tajul Aris Bin Yang}, year = {2020}, note = {Pembimbing : Dr. Zuhri, S.Ag. M.Ag.}, keywords = {filosofis; wahdat Al-wujud; sholat; insan kamil}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/47994/}, abstract = {Berdasarkan berbagai keterangan dalam Kitab Suci dan Hadis Nabi, dapatlah dikatakan bahwa shalat adalah kewajiban peribadatan (formal) yang paling penting dalam sistem keagamaan Islam. Kitab Suci banyak memuat perintah agar kita menegakkan shalat (iqamat al-shalah, yakni menjalankannya dengan penuh kesungguhan), dan menggambarkan bahwa kebahagiaan kaum beriman adalah pertama-tama karena shalatnya yang dilakukan dengan penuh kekhusyukan. Karena demikian banyaknya penegasan-penegasan tentang pentingnya shalat yang kita dapatkan dalam sumber-sumber agama, tentu sepatutnya kita memahami makna shalat itu sebaik mungkin. Penelitian ini menfokuskan pada konsep shalat menurut Ibn Arabi yang tertuang dalam kitab al-Futuhat al-Makkiyah bab 36 Penelitian ini besifat keperpustakaan, pengumpulan data dengan metode dokumentasi, kemudian mengolah data tersebut dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dan pada akhirnya penulis menemukan kesimpulan secara komprehensif sebagai jawapan atas rumusan masalah. Dari penelitian ini ditemukan bahawa tiga konsep metafisika yang telah dibangunkannya yaitu kesatuan wujud (wahdat al-wujud), manusia sempurna (al-Insan al-Kamil dan dunia imaginal (al-?Alam al-Khayyal) menjadi dasar membangun konsep ibadah shalatnya. Ibn ?Arabi memberikan makna-makna kepada gerakan dan bacaan shalat sebagai pengejawantahan secara sempurna nama dan sifat-sifat Tuhan. Ibn ?Arabi menunjukkan bahwa shalat adalah menyingkap tabir-tabir yang menghijab wajah-Nya demi melihat keagungan dan kesempurnaan-Nya. ketika kesedaran langsung ada yang sekedar mengharap kehadiran-Nya dan ada yang menyatu dengan-Nya. Dalam kontek Ibn Arabi ketika kesadaran langsung mushalli yang memiliki penglihatan batin (dhu bashar) dapat melihat Allah. Bagi manusia seperti ini shalat berarti penyaksian (musyahadah) dan vision (ruyah) akan Allah. orang yang mengakkan shalat seperti inilah dirujuk oleh al-Quran yang artinya ?yang memasang telinganya dan bersaksi", inilah orang-orang yang melaksanakan shalat dengan iman dan ihsan.} }