%0 Thesis
%9 Masters
%A KMS. M. Intizham, NIM.: 1520511012
%B FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
%D 2019
%F digilib:48014
%I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
%K profil intelektual; koherensi al-Quran; mu'jizah; darras
%P 169
%T QIRA’AH I’JAZIYYAH ’AN AL-QUR’AN  PERSPEKTIF ABDULAH DARRAZ
%U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48014/
%X Penelitian ini berangkat dari kajian yang melihat wacana  i’jaz al-Qur’an tidak melulu berbicara tentang persoalan  keunggulan dan ketertandingan (al-mu'aradah), tantangan (attaḥaddl),  ketidakmampuan menjawab tantangan (tark almu’  āraḍah) dan kelemahan (al-‘ajz) yang bermuara pada  superiroritas, sakralitas dan doktrin-doktrin teologis lainnya  tentang Alquran. Akan tetapi, masuk ke dalam ranah studi tafsir.  Abdullah Darraz, melalui karyanya: an-Naba’ al-‘Azim: Nazarat  Jadidah fi al-Qur’an, adalah salah satu tokoh yang mampu  membawa wacana i’jaz ke dalam ranah penafsiran Al-Qur’an. Ia  menawarkan “cara baca” terhadap Al-Qur’an yang berpijak pada  domain kei’jazannya (qira'ah i’jaziyyah ’an al-Qur`an).  Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah  tentang bagaimana konstruksi qira’ah i’jaziyyah Muhammad  Abdullah Darraz yang tertuang pada karyanya, an-Naba’ al-  ‘Azim dalam bingkai wacana tafsir, yang meliputi asumsi atau  pra-anggapannya tentang Al-Qur’an dan metode pembacaan  i’jazi (qira’ah i’jaziyyah) yang dirumuskannya dalam konteks  interpretasi Al-Qur’an.  Melalui elaborasi dan analisis terhadap karya Darraz,  penelitian ini menyimpulkan bahwa konstruksi qira’ah i’jaziyyah  Darraz dibangun di atas asumsi dasar tentang Al-Qur’an sebagai  kalam mu’jiz ‘ajib yang berpijak pada tiga hal, yaitu: (1)  sumbernya: min ‘indillah lafzan wa ma’nan , (2) bahasa dan  kebahasaannya, serta (3) wacana yang dibangun olehnya.  Adapun metode pembacaan i’jazi (qira’ah i’jaziyyah)  yang dirumuskan Darraz bertumpu pada prinsip (1) koherensi  dan intertekstualitas Alquran, serta (2) analisis stilistika Al-  Qur’an yang terdiri dari analisis fonologi, preferensi kata dan  kalimat serta deviasi. Kedua prinsip tersebut tidak lepas dari  anggapan dasarnya tentang Alquran yang ia ibaratkan seperti  intan intan yang setiap sudutnya memancarkan cahaya yang  berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut yang lain,  dan tidak mustahil bila Anda mempersilakan orang lain  memandangnya, maka ia akan melihat lebih banyak dari apa yang Anda lihat, serta “menguntai bagian-bagian serta unsur unsurnya  hingga membentuk seperti satu mata cincin yang tidak  terlihat namun konsisten, indah, teratur, dan saling berkaitan.
%Z Pembimbing : Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag.