@mastersthesis{digilib48017, month = {July}, title = {DIALEKTIKA TEKS DAN KONTEKS HISTORIS VERBAL TAFSIR: STUDI TERHADAP TAFSIR AL-MAHALLI KARYA KH. MUDJAB MAHALLI}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.:1620510014 Didik Saepuden}, year = {2019}, note = {Pembimbing : Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag}, keywords = {nahwu oriented; analisis sosio kultural; Tafsir Gincu; Tafsir Kritis}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48017/}, abstract = {Penafsiran teks al-Qur?an dalam Tafsir al-Mahalli karya KH. Mudjab Mahalli tidak sebagaimana mestinya tafsir-tafsir al-Qur?an pendahulunya seperti tafsir Fai{\d d} al-Ra{\d h}man karya KH. Shaleh Darat, Tafsir al-Iklil karya KH. Misbah Zainal Musthofa, dan al-Ibriz karya KH. Bisri Musthofa. Tafsir al-Mahalli begitu intens melakukan kerja penafsiran terhadap teks al-Qur?an dengan menginteraksikan konteks historis verbal tafsir atau asb{\f a}b al-nuz{\=u}l. Tentunya hal yang demikian bukan lahir dari keadaan yang vakum. Sebab, pemahaman seseorang, entah terhadap teks maupun yang lain, merupakan tersituasi oleh jejaring sejarah yang melingkupinya. Ia tidak dapat melampaui sejarah tersebut, melainkan tersituasi di dalamnya. Berangkat dari deskripsi singkat di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dari sudut Dialektika Teks dan Konteks Historis Verbal Tafsir: Studi Terhadap Tafsir al-Mahalli Karya KH. Mudjab Mahalli dengan beberapa variabel yang tentunya tidak dapat diabaikan, yaitu: (1) Apa metode yang digunakan oleh KH. Mudjab Mahalli dalam Tafsir al-Mahalli?; (2) Mengapa KH. Mudjab Mahalli melakukan kerja penafsiran dengan menggunakan metode dialektika teks dan konteks historis verbal tafsir (asbab al-nuzul)? (3) Apa kontribusi dan kelemahan dari Tafsir al-Mahalli dalam konteks keindonesiaan? Untuk mengungkap semua itu, pada penelitian ini, penulis meminjam teori hermeneutika filosofis gagasan Gadamer. Terdapat empat langkah penting yang diproyeksikan Gadamer dalam rangka mengungkap sebuah penafsiran, entah tehadap teks, maupun yang lain. Langkah-langkah tersebut secara sederhana dapat dipetakan menjadi sebuah analisis yang diarahkan kepada, yaitu: (1) historically effected consciousness; (2) pre-understanding; (3) fusion of horizons; dan (4) application. Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah: pertama, metode dalam Tafsir al-Mahalli meliputi tiga metode, yakni: metode riwayat, semantik dengan konsep makna dasar, dan interteks dengan pola transformasi. Kedua, penggunaan metode dialektika antara teks al-Qur?an dengan konteks historis verbal tafsir disebabkan oleh kondisi sosial-kegamaan berupa genealogi keilmuan pesantren dan seorang santri serta masyarakat Islam Jawa yang membentuk sebuah preunderstanding metodologis penafsiran dengan berorientasi kepada nahwu, interteks, dan asb{\f a}b al-nuz{\=u}l. Namun demikian, ia berbenturan dengan teks al- Qur?an yang normatif dan sakral. Dari sini terjadilah sebuah fussion of horizons antara normativitas teks al-Qur?an dengan historisitas KH. Mudjab Mahalli yang bermuara kepada metode dialektika teks al-Qur?an dan konteks historis verbal tafsir dalam menafsirkan teks al-Qur?an. Aplikasinya tidak secara tekstual dikutip oleh KH. Mudjab Mahalli. Ketiga, kontribusi dan kelemahan Tafsir al-Mahalli karya KH. Mudjab Mahalli, yaitu: (1) meneguhkan eksistensi tradisi pesantren; (2) memudahkan analisa kebahasaan. Sedangkan kelemahan dari Tafsir al- Mahalli adalah: (1) penggunaan aksara pegon menjadikannya terbatas pada lokalitas tertentu; (2) rangkaian sanad asbab al-nuzul tidak disebutkan secara eksplisit.} }