@mastersthesis{digilib48181, month = {December}, title = {EKSPRESI KEBEBASAN TOKOH FIRDAUS DALAM NOVEL IMRA?AH ?INDA NUQTAH AL-SIFR KARYA NAWAL AL-SA?DAWI (PERSPEKTIF FEMINIS EKSISTENSIALIS SIMONE DE BEAUVOIR)}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 18201010031 Ahmad Malthuf}, year = {2021}, note = {Pembimbing,: Dr. Yulia Nasrul Latifi, S.Ag. M.Hum}, keywords = {Novel, NawAl al-Sa?dawi, Feminis Eksistensilis Simone de Beauvoir.}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/48181/}, abstract = {Penelitian ini mengkaji novel karya Naw{\=a}l al-Sa?d{\=a}w{\=i} yang berjudul Imra?ah ?Inda Nuq{\d t}ah al-{\d S}ifr. Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi secara kualitatif eksistensi tokoh perempuan dalam novel Imra?ah ?Inda Nuq{\d t}ah al-{\d S}ifr yang bernama Firdaus; sosok perempuan yang hidup dalam lingkungan masyarakat patriarki. Motode hermeneutik digunakan untuk menginterpretasikan data yang ada dalam novel Imra?ah ?Inda Nuq{\d t}ah al-{\d S}ifr dan Konsep Feminis Eksistensialis Simone de Beauvoir digunakan sebagai teori untuk menganalisis setiap bagian kritik terhadap kaum patriarki dalam novel yang ditulis Naw{\=a}l al-Sa?d{\=a}w{\=i} tersebut. Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah bahwa keputusan tokoh Firdaus menjadi seorang pelacur dalam rangkaian perjalanan hidupnya dalam novel Imra?ah ?Inda Nuq{\d t}ah al-{\d S}ifr berhasil menghentikan kondisinya sebagai Other atau Liyan. Sang tokoh dapat eksis dalam kehidupan masyarakat-sosial, serta bebas dari kungkungan budaya patriarki. Firdaus dapat bekerja, meraih tranformasi sosial, dan menolak ke-Liyanan-nya. Firdaus mampu menunjukkan eksistensinya sebagai perempuan yang memiliki potensi untuk setara dengan laki-laki. Novel Imra?ah ?Inda Nuq{\d t}ah al-{\d S}ifr menceritakan perjuangan keras Firdaus untuk mendobrak batasan-batasan perempuan demi menghindari dominasi laki-laki, dan berjuang menghadapi berbagai bentuk ketidakadilan serta kungkungan budaya patriarki. Feminis eksistensialis Simone de Beauvoir bertujuan agar perempuan mampu menjadi Subjek atas dirinya sendiri. Temuan ini menjadi kritik dan antitesis terhadap pandangan masyarakat yang memosisikan perempuan sebagai makhluk nomer dua, Liyan atau The Other. Terdapat persamaan dan perbedaan pandangan antara Simone de Beauvoir dan Naw{\=a}l al-Sa?d{\=a}w{\=i} tentang perempuan dalam masyarakat patriatki. Keduanya sama-sama menilai bahwa perempuan harus bangkit melawan kekuasaan laki-laki. Namun keduanya berbeda dalam melihat bagaimana lembaga pernikahan dan agama memengaruhi ketertindasan perempuan} }