eprintid: 49026 rev_number: 13 eprint_status: archive userid: 13116 dir: disk0/00/04/90/26 datestamp: 2022-02-16 07:23:40 lastmod: 2022-02-16 07:23:40 status_changed: 2022-02-16 07:23:40 type: thesis metadata_visibility: show contact_email: muchti.nurhidaya@uin-suka.ac.id creators_name: Abdul Rahmad Tanjung, NIM.: 12531159 title: EPISTEMOLOGI TAFSIR NAWAWI AL-BANTANI DALAM NASAIH AL-'IBAD ispublished: pub subjects: 120 subjects: T divisions: jur_ial full_text_status: restricted keywords: sufisme; tafsir esotoris; Nawawi al-Bantani note: Pembimbing: Dr. Muhammad Alfatih Suryadilaga, S.Ag., M.Ag. abstract: Nasaih al-‘Ibad adalah karya Nawawi al-Bantani (w. 1314/1897) yang menjadi syariḥ (penjelas) terhadap Munabbihat ala al-Isti’dad li-Yawm al-Ma’ad karya Ibn Ḥajar al-Asqalani (w. 852/1148). Keduanya memiliki konten yang berkaitan dengan sufisme. Namun, karya Nawawi memuat beberapa konten tafsir yang tidak selalu sama dengan produk tafsir umum. Perbedaan ini tentunya adalah hasil dari perbedaan epistemologi tafsir yang digunakan. Oleh karena itu penulis merasa perlu mengkaji konstruksi epistemologi tafsir Nawawi selama melakukan kerja tafsir tersebut. Setelah mengkaji konten tafsir yang ada, bisa disimpulkan bahwa ayat-ayat al-Qur‘an memiliki empat peran; a) legitimasi terhadap pernyataan sufistik, b) bagian dari ritual, c) bagian integral dari sebuah cerita, dan d) subyek tafsir. Besarnya porsi peran apologetik ayat al-Qur‘an bisa jadi merupakan strategi defensif dari kalangan Sunni untuk mempertahankan diri dari serangan luar, terutama terhadap tradisi sufisme yang mereka kembangkan. Dengan membandingkan produk tafsir yang ada dalam kitab kajian dan karya tafsir Nawawi yang lain, yakni Maraḥ Labid, dapat dilihat bahwa Nawawi memiliki produk tafsir eksoteris dan esoteris. Sumber tafsir esoteris yang digunakan oleh Nawawi adalah hadis Nabi dan sahabat, juga pendapat ulama salaf. Aspek ini juga menunjukkan kecenderungan beliau terhadap mazhab Sunni. Walaupun demikian ada indikasi bahwa riwayat-riwayat yang digunakan tidak selalu memiliki level reliabilitas yang cukup kuat. Catatan lainnya adalah ambiguitas identitas kitab-kitab rujukan yang Nawawi sebutkan, salah satunya Fatḥ al-Khabir yang ia jadikan rujukan untuk menafsirkan al-Baqara (2): 184. Selama melakukan kerja tafsir mandiri (tidak bersandar pada otoritas lain), Nawawi terlihat menggunakan nalar bayani (berdasar pada teks dan analisis kebahasaan). Nalar irfani (pengetahuan tentang makna batin yang disingkapkan oleh Tuhan) hanya terlihat ketika ia menunjukkan tafsir dengan bersandar pada otoritas lain, baik itu Nabi, sahabat, atau ulama salaf. Namun demikian, dalam semua produk tafsir yang ia sampaikan, baik produk dari nalar bayani ataupun irfani, Nawawi tidak bisa dikatakan melanggar lima prinsip validitas tafsir esoteris. Hanya saja, diperlukan sebuah penelitian lanjutan yang serius untuk menilai terpenuhinya prinsip validitas keenam. Nawawi menulis tafsirnya dengan menggunakan metode ijmali, walaupun juga menggunakan taḥlili dalam beberapa kasus kecil. Catatan yang perlu disampaikan adalah bahwa Nawawi tidak pernah menyebutkan substansi esoteris tanpa merujuk pada tokoh lain. Lebih jauh, dengan karakter penafsiran yang telah disebutkan, bisa dikatakan bahwa Nawawi mewakili kalangan tradisionalis yang sedang berhadap-hadapan dengan kalangan modernis seperti Abduh. Walaupun demikian, perlu penelitian serius tersendiri untuk membuktikan posisi Nawawi dalam peta kontestasi mazhab tafsir dunia Islam abad kesembilan belas. date: 2019-08-06 date_type: published pages: 99 institution: UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA department: FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM thesis_type: skripsi thesis_name: other citation: Abdul Rahmad Tanjung, NIM.: 12531159 (2019) EPISTEMOLOGI TAFSIR NAWAWI AL-BANTANI DALAM NASAIH AL-'IBAD. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA. document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49026/1/12531169_BAB-I_V_DAFTAR_PUSTAKA1.pdf document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49026/2/12531169_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf