@phdthesis{digilib49146, title = {PENGARUH UPACARA PURNAMA DAN TILEM TERHADAP RELIGIUSITAS JEMAAT PURA JAGATNATA PLUMBON BANTUL YOGYAKARTA}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 13520017 Deasy Kurnia Dewi}, year = {2019}, note = {Pembimbing : Dr. Dian Nur Anna, S.Ag., M.A.}, keywords = {Agama Hindu merupakan agama yang kaya akan perayaan upacara keagamaan, yang merupakan bentuk pelaksanaan ajaran keagamaan melalui tradisi dan masyarakat, serta sebagai wujud bhakti atas limpahan berkah yang telah diberikan oleh Sang Hyang Widhi Wasa. Upacara keagamaan dalam ajaran Hindu berpengaruh terhadap religiusitas umat Hindu yang menjalankannya. Hal ini berdasarkan pemahaman bahwa, kemampuan seseorang dalam memahami dan mengaplikasikan ajaran agama akan mampu mempengaruhi perilaku sehari-harinya. Penelitian ini diadakan di Pura Jagatnata Plumbon, Bantul, Yogyakarta, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh upacara Purnama dan Tilem terhadap religiusitas jemaat Pura Jagatnata Plumbon, Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini tidak keluar dari dua rumusan masalah, yaitu pertama, bagaimana makna upacara Purnama dan Tilem di Pura Jagatnata, Bantul, Yogyakarta. Kedua, pengaruh upacara Purnama dan Tilem terhadap religiusitas jemaat Pura Jagatnata, Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data deskriptif-kualitatif dengan prosedur reduksi data, penyajian data serta verifikasi analisis data dan penarikan kesimpulan. Pendekatan menggunakan pendekatan psikologi agama dengan menggunakan teori lima dimensi keagamaan Glock and Strak yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini antara lain: pertama, upacara Purnama dan Tilem di Pura Jagatnata merupakan hari suci umat Hindu yang datang setiap 15 (lima belas) hari sekali. Upacara ini dimaknai sebagai simbol penerimaan dari dua sisi berbeda tetapi tidak terpisahkan yang ada di dalam kehidupan manusia. Terang (Purnama) dan gelap (Tilem) yang sebagai dua sisi yang disebut hukum Rwa Bhineda, mengingatkan manusia untuk selalu melaksanakan bhakti baik dalam keadaan senang maupun keadaan sulit. Kedua, pengaruh upacara Purnama dan Tilem terhadap religiusitas jemaat Pura Jagatnata, dikaji melalui lima dimensi keagamaan Glock and Strak: dimensi keyakinan, Purnama dan Tilem sebagai sarana penghubung antara manusia dengan Sang Hyang Widhi; dimensi peribadatan, sebagai wujud bhakti kepada Sang Hyang Widhi, atas segala nikmat yang diberikan; dimensi pengetahuan, pengetahuan yang baik tentang makna dari upacara, dapat memperkokoh keyakinan dan menuntun bhakti ke arah yang benar; dimensi pengalaman, dengan bhakti dan keyakinan bahwa dirinya terhubung dengan Sang Hyang Widhi Wasa, menumbuhkan ketenangan da keyamanan pada jemaat; dimensi konsekuensi; manusia telah diberikan cara-cara untuk melepaskan diri dari karma dengan jalan bhakti, yaitu upacara Purnama dan Tilem. Dalam Hindu karma di tentukan oleh induvidu, jika berbuat baik maka kebaikanlah yang akan diterima, sebaliknya jika berbuat yang tidak baik maka keburukanlah yang akan diterima. Dalam hal dapat disimpulkan bahwa apapun yang dilakukan oleh manusia pasti akan mendapat balasan yang sesuai dengan apa yang diperbuatnya.}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49146/}, abstract = {Agama Hindu merupakan agama yang kaya akan perayaan upacara keagamaan, yang merupakan bentuk pelaksanaan ajaran keagamaan melalui tradisi dan masyarakat, serta sebagai wujud bhakti atas limpahan berkah yang telah diberikan oleh Sang Hyang Widhi Wasa. Upacara keagamaan dalam ajaran Hindu berpengaruh terhadap religiusitas umat Hindu yang menjalankannya. Hal ini berdasarkan pemahaman bahwa, kemampuan seseorang dalam memahami dan mengaplikasikan ajaran agama akan mampu mempengaruhi perilaku sehari-harinya. Penelitian ini diadakan di Pura Jagatnata Plumbon, Bantul, Yogyakarta, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh upacara Purnama dan Tilem terhadap religiusitas jemaat Pura Jagatnata Plumbon, Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini tidak keluar dari dua rumusan masalah, yaitu pertama, bagaimana makna upacara Purnama dan Tilem di Pura Jagatnata, Bantul, Yogyakarta. Kedua, pengaruh upacara Purnama dan Tilem terhadap religiusitas jemaat Pura Jagatnata, Bantul, Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data deskriptif-kualitatif dengan prosedur reduksi data, penyajian data serta verifikasi analisis data dan penarikan kesimpulan. Pendekatan menggunakan pendekatan psikologi agama dengan menggunakan teori lima dimensi keagamaan Glock and Strak yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini antara lain: pertama, upacara Purnama dan Tilem di Pura Jagatnata merupakan hari suci umat Hindu yang datang setiap 15 (lima belas) hari sekali. Upacara ini dimaknai sebagai simbol penerimaan dari dua sisi berbeda tetapi tidak terpisahkan yang ada di dalam kehidupan manusia. Terang (Purnama) dan gelap (Tilem) yang sebagai dua sisi yang disebut hukum Rwa Bhineda, mengingatkan manusia untuk selalu melaksanakan bhakti baik dalam keadaan senang maupun keadaan sulit. Kedua, pengaruh upacara Purnama dan Tilem terhadap religiusitas jemaat Pura Jagatnata, dikaji melalui lima dimensi keagamaan Glock and Strak: dimensi keyakinan, Purnama dan Tilem sebagai sarana penghubung antara manusia dengan Sang Hyang Widhi; dimensi peribadatan, sebagai wujud bhakti kepada Sang Hyang Widhi, atas segala nikmat yang diberikan; dimensi pengetahuan, pengetahuan yang baik tentang makna dari upacara, dapat memperkokoh keyakinan dan menuntun bhakti ke arah yang benar; dimensi pengalaman, dengan bhakti dan keyakinan bahwa dirinya terhubung dengan Sang Hyang Widhi Wasa, menumbuhkan ketenangan da keyamanan pada jemaat; dimensi konsekuensi; manusia telah diberikan cara-cara untuk melepaskan diri dari karma dengan jalan bhakti, yaitu upacara Purnama dan Tilem. Dalam Hindu karma di tentukan oleh induvidu, jika berbuat baik maka kebaikanlah yang akan diterima, sebaliknya jika berbuat yang tidak baik maka keburukanlah yang akan diterima. Dalam hal dapat disimpulkan bahwa apapun yang dilakukan oleh manusia pasti akan mendapat balasan yang sesuai dengan apa yang diperbuatnya.} }