@phdthesis{digilib49224, title = {KONSEP PANOPTICON DALAM PEMBINAAN KEAGAMAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIA DAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIB YOGYAKARTA}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM. 15540029 Fatimatul Zahro?}, year = {2019}, note = {Pembimbing : Dr. Inayah Rohmaniyah, S.Ag., M.Hum., M.A.}, keywords = {Lapas, Panopticon, Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49224/}, abstract = {Berdasarkan perbedaan laki-laki dan perempuan yang didasarkan dari sifat, karakter dan kepribadian atau yang biasa disebut dengan konstruksi gender, penulis ingin mengetahui konstruksi gender yang ada dalam kegiatan pembinaan keagamaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA dan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB. Selain ingin mengetahui konstruksi gender, penulis juga ingin mengetahui tentang konsep panopticon yang ada dalam pembinaan keagamaannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat dan mengetahui bagaimana proses rehabilitasi dalam penjara terhadap Narapidana atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) sebagai pengganti hukuman. Untuk mengumpulan data, penulis melakukannya dengan metode observasi, wawancara, dokumentasi serta analisis data. Sumber data primer penulis dalam penelitian ini adalah WBP yang menjalani kegiatan pembinaan keagamaan di Lapas. Sedangkan sumber data sekunder penulis dalam penelittian ini adalah ceramah keagamaan dan buku keagamaan di Lapas. Analisis data penulis dalam penelitian ini berupa pemaparan tentang situasi di tempat penelitian yang kemudian diuraikan secara deskriptif dan naratif. Analisis data dilakukan dengan memaparkan data secara keseluruhan kemudian dianalisis dengan teori kemudian menarik kesimpulan akhirnya. Pendekatan yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologis berbasis teori gender. Pendekatan tersebut penulis gunakan untuk menjelaskan tentang konstruksi gender yang penulis temukan dalam pembinaan keagaman di Lapas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dalam pendisiplinan tersebut, WBP diberikan tanggung jawab untuk mengikuti semuanya sebagai bentuk kegiatan dan hukuman selama berada di Lapas. Ketika WBP menjalankan semua kegiatan tersebut dengan baik, rajin dan tidak hanya sebagai syarat untuk mempermudah mengurus remisi, maka secara bertahap karakter mereka akan terbentuk menjadi orang yang taat peraturan dan perintah. Akan tetapi ketika WBP hanya menjalankan kegiatan tersebut agar mempermudah mereka dalam mengurus remisi, maka hasil yang mereka rasakan dalam hal kesadaran akan berbeda dengan yang lainnya. Hal itu karena tujuan dari pendisiplinan di Lapas Kelas IIA dan Lapas Kelas IIB salah satunya adalah sebagai rehabilitasi WBP. Bentuk apresiasi yang diberikan petugas terhadap WBP yang rajin mengikuti kegiatan pembinaan dengan berdasarkan absen adalah dimudahkan untuk mengurus remisi. Sedangkan WBP yang tidak rajin atau tidak mengikuti kegiatan pembinaan keagamaan tersebut akan diberi peringatan dan motivasi untuk mengikuti pembinaan keagamaan lebih lanjut. Ketika WBP mematuhi peraturan tersebut, maka petugas akan memberikan kemudahan dalam mengurus remisi dan akan membantu dalam pelayanan lainnya.} }