@mastersthesis{digilib49659, month = {January}, title = {PERGESERAN BAHASA IBU DALAM PENGASUHAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERILAKU ANAK}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 18200010257 Arina Mustafidah, S.Pd.}, year = {2022}, note = {Pembimbing: Prof. Dr. Hj. Casmini, S.Ag., M.Si.}, keywords = {Pergeseran Bahasa Ibu, Perilaku Anak, Keluarga Jawa}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/49659/}, abstract = {Sebagai miniatur Indonesia yang memiliki tingkat variasi dan keragaman yang tinggi, pergeseran bahasa di DIY yang mengarah pada kepunahan ini menjadi semakin nyata. Terutama di kalangan keluarga yang tinggal di perkotaan. Sebagai masyarakat Jawa, seharusnya keluarga di Kalurahan Palbapang, Bantul semakin terbiasa berbahasa Jawa dari Ngoko sampai Krama, namun yang terjadi adalah sebaliknya. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengidentifikasi upaya keluarga dalam mempertahankan bahasa Ibu dan budaya Jawa pada pengasuhan anak di tengah terjadinya pergeseran bahasa di Kalurahan Palbapang; dan (2) untuk mendeskripsikan implikasi perilaku anak yang diasuh dengan bahasa Ibu yang berbeda-beda di keluarga Jawa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi kasus. Subyek penelitian ditentukan dengan teknik purposive, terdiri dari tiga orang tua berbahasa Jawa Krama, Jawa Ngoko, dan bahasa Indonesia non formal dalam pengasuhan anaknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama, kunci pemertahanan bahasa Ibu terletak pada konsistensi orang tua sebagai role model dalam membiasakan bahasa dan budaya Jawa anak sehari-hari. Sikap bahasa positif, tersedianya mitra tutur, komunitas bahasa, dan fondasi pendidikan dari keluarga merupakan faktor yang dapat mendukung keberlangsungan pemertahanan bahasa Ibu di keluarga Jawa. Kedua, perilaku santun berbahasa ini dapat dinilai dari tiga aspek, yaitu tata krama, andhap asor dan tanggap ing sasmita. Perilaku sosial-emosional ini didasarkan pada patokan konsep-konsep berikut: (1) penghormatan orang tua; (2) bisa ngemong adik-adiknya; (3) berbuat baik kepada orang lain; dan (4) memiliki rasa/raos sebagai pijakan berpikir. Berdasarkan indikator, yang dianggap lebih njawa ialah anak subyek SI yang berbahasa Indonesia. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa anak dengan bahasa Jawa Krama tidak mesti lebih njawa dibanding dengan dua pengguna bahasa lainnya. Ini disebabkan oleh beberapa faktor; yakni kurang optimalnya fungsi sosial keluarga, minimnya kontak bermain bersama anak, pemanfaatan kualitas waktu bersama yang kurang; dan kurangnya penguatan (reinforcement).} }