%A NIM.: 14531025 Opisman %O Pembimbing: Dr. Phil. KH. Sahiron Syamsuddin, M.A. %T RESEPSI AL-QUR’AN DALAM MAJELIS AYAT KURSI TAREKAT SUNAN ANBIA PROF. DRS. KH. YUDIAN WAHYUDI, BA., BA., MA., PH.D (Studi Living Qur’an di Pondok Pesantren Nawesea, Yogyakarta) %X Tujuan utama penelitian ini adalah mengeksplorasi dan mendeskripsikan makna ayat-ayat Al-Qur’an dalam praktik pembacaan Majelis Ayat Kursi Tarekat Sunan Anbia di Pondok Pesantren Nawesea, Yogyakarta. Dengan menggunakan metode penelitian living Qur’an, tulisan ini akan membahas mengenai makna-makna di balik praktik keagamaan tersebut, terutama ayat-ayat Al-Qur’an yang terdiri dari 5 surah, empat ayat dan 31 penggalan ayat Al-Qur’an, sesuai dengan padangan pendiri dan para pengamalnya. Adapun subjek penelitiannya ialah para pengamal Majelis Ayat Kursi, khususnya Yudian yang merupakan pendiri amalan tersebut. Berdasarkan teknik pengumpulan datanya, penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi dengan mengacu pada teori antropologi interpretif Clifford Geertz yang berupaya untuk menginterpretasikan makna-makna di balik sebuah fenomena budaya di suatu tempat sesuai dengan pandangan para pelakunya (inner perspective). Mengacu pada teori tersebut, metode analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan etnografi dan dengan paradigma naturalistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Majelis Ayat Kursi Tarekat Sunan Anbia ialah amalan doa yang yang diawali dengan shalat Hajat dua rakaat, bacaanbacaan zikir dan ayat-ayat Al-Qur’an. Bagi Yudian, doa yang paling maqbul ialah doa yang diawali dengan amalan-amalan tersebut, terutama bacaan ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai dengan isi doa. Di dalam amalan tersebut, ia mengutip banyak ayat Al- Qur’an yang dapat dijadikan sebagai petunjuk, pembebas, pengobatan, pelindung atau hanya sekedar pujian atas keagungan Allah Swt. sebelum melafalkan berdoa. Terkait dengan hal itu, Yudian mengharuskan ada doa khusus yang menyebutkan secara spesifik hal-hal yang diminta di samping doa-doa yang redaksinya terlalu umum. Adapun di antara doa-doa yang ia maksud ialah doa menuntut ilmu hingga ke Harvard, doa meminta harta hingga menjadi konglomerat dan doa meminta jabatan hingga menjadi presiden. Ia mengutamakan tiga hal tersebut karena masalah utama yang dihadapi umat Islam saat ini ialah kebodohan, kemiskinan dan ketertindasan. Melalui amalan tersebut, ia ingin mempersatukan kembali Islam yang selama ini terbelah, antara Islam-duniawi dengan Islam-ukhrawi menjadi Islam duniawi-ukhrawi sekaligus. Bukan Islam yang hanya memikirkan akhirat, tetapi Islam yang menjanjikan keberhasilan di dunia dan di akhirat sehingga dapat menghadirkan surga di dunia sebelum surga di akhirat. Meski tidak secara keseluruhan, para pengamal Majelis Ayat Kursi telah memahami beberapa aspek dari amalan tersebut dan mereka telah menjadikannya sebagai pedoman hidup sesuai dengan keyakinan dan orientasi hidupnya masingmasing. Dengan kata lain bahwa amalan tersebut dengan sendirinya telah menjadi sistem nilai atau sistem makna yang secara umum dipahami oleh para pengamalnya dan secara alami telah memotivasi dan menuntun mereka untuk menjalani kehidupan masing-masing. Demikianlah hingga akhirnya amalan tersebut melahirkan sebuah aktivitas keagamaan yang unik dan masih dipertahankan di Pondok Pesantren Nawesea, Yogyakarta hingga saat ini. %K Living Qur’an; Majelis Ayat Kursi; Yudian Wahyudi; Pesantren Nawesea; Sholat Hajat %D 2019 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib49865