@mastersthesis{digilib50014, month = {January}, title = {TERM ZHANN DALAM AL-QUR?AN (ANALISIS TAFSIR SEMANTIK)}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 19205010064 Husain Imaduddin}, year = {2022}, note = {Pembimbing: Prof. Dr. Muhammad Chirzin M.Ag}, keywords = {{\d Z}ann, Al-Qur?an, dan Semantik.}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50014/}, abstract = {Penelitian ini membahas tentang penafsiran kata {\d z}ann dalam Al-Qur?an. Tulisan ini bermula dengan adanya dua makna yang berbeda dari {\d z}ann yaitu yakin dan ragu, juga masuknya penisbatan {\d z}ann pada tingkat keilmuan yang beberapa ulama berselisih tentang ke-hujjiyah-annya. Penisbatan {\d z}ann dalam ranah keilmuan mempengaruhi hukum {\d z}ann yang harus dijauhi sebagaimana dalam surat Al-Hujurat ayat 12. Karena dalam mengungkap sebuah ilmu, manusia tidak luput dari {\d z}ann. Sehingga tujuan penelitian ini adalah; pertama, untuk mengetahui bagaimana peran {\d z}ann secara umum. Kedua, untuk mengetahui bagaimana penerapan lafadz {\d z}ann dalam Al-Qur?an. Ketiga, untuk mengetahui penerapan konsep {\d z}ann dan pengaruhnya pada masa kini baik itu dalam ranah akhlak maupun keilmuan. Dengan menggunakan analisis semantik yang terfokus pada aspek bahasa, maka terlebih dahulu penulisan ini memfokuskan pada makna dasar {\d z}ann sesuai dengan kamus-kamus besar bahasa Arab. Setelah didapatkan makna dasar tersebut, kemudian penulis memaparkan ayat-ayat dalam Al-Qur?an yang terdapat lafadz {\d z}ann di dalamnya. Hal tersebut dilakukan guna mengetahui dalam hal apa saja Allah menggunakan lafadz {\d z}ann. Selanjutnya adalah meneliti lebih lanjut pembahasan {\d z}ann dalam ilmu kebahasaan (Nahwu) dan kemudian meneliti sejarah pengunaan lafadz {\d z}ann dari sebelum Al-Qur?an diturunkan hingga perkembangan penafsiran {\d z}ann seiring berkembangnya zaman. Sehingga, peneliti mampu menemukan penafsiran {\d z}ann yang tepat sesuai dengan kebutuhan manusia pada zaman sekarang beserta penerapannya baik itu dalam konteks akhlak maupun keilmuan. Manusia tidak bisa lepas dari {\d z}ann dalam setiap urusan. Keraguan muncul ketika manusia merasa bimbang atas apa yang belum mereka yakini kebenarannya. Kemampuan memanajemen {\d z}ann mempengaruhi sikap manusia atas keraguan mereka. Dalam Al-Qur?an, {\d z}ann tidak hanya dilakukan oleh manusia tetapi jin dan malaikat juga. {\d Z}ann yang dilakukan ini berada pada konteks teologi, akhlak dan keilmuan. {\d Z}ann pada awalnya terkenal mempunyai arti keraguan. Manusia mempunyai kuasa mengolah keraguan yang ada pada diri mereka dan menentukan {\d z}ann yang mereka lakukan adalah {\d z}ann yang baik. Dalam proses pengolahan hingga finalisasi {\d z}ann, seseorang harus mempunyai tiga hal yaitu keimanan, hati dan akal yang bersih, dan menghilangkan kebencian. Tiga hal ini menjadi dasar utama yang harus diperhatikan supaya {\d z}ann tidak melewati batas-batas syari?at Islam.} }