%0 Thesis %9 Masters %A M. Mukhlish Rahman, NIM.: 19205010072 %B FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2022 %F digilib:50019 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Ragam Matan Hadis, Variasi Jalur Sanad, Pengaruh Relasi Kuasa %P 201 %T PENGARUH RELASI KUASA PENUTUR-LAWAN TUTUR DAN DISKURSUS TEMA DALAM RAGAM VARIASI MATAN HADIS SEPULUH FITRAH MANUSIA %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/50019/ %X Penelitian ini mencoba untuk membuktikan bahwa munculnya keragaman variasi matan hadis sepuluh fitrah manusia, berkaitan erat dengan relasi kuasa yang muncul dalam penutur dan lawan tutur ketika hadis ini diriwayatkan, tentunya yang terjadi dalam ruang lingkup kelisanan. Penutur disini adalah orang yang menyampaikan hadis atau disebut dengan perawi, sedangkan lawan tutur adalah orang yang mendengarkan hadis tersebut, yang kemudian dapat meriwayatkannya kembali kepada orang lain, atau tidak. Pembuktian selanjutnya bahwa munculnya ragam variasi matan hadis sepuluh fitrah manusia dipengaruhi juga oleh diskursus atau tema hadis yang terkandung didalamnya, serta perubahan ruang dan waktu yang menyertainya, sehingga memunculkan kondisi di mana variasi matan dapat berubah-ubah mengikuti situasi yang ada. Maka dari itu, ada tiga rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, apa yang dimaksud dengan variasi matan dan pengaruh relasi kuasa, apa saja variasi matan hadis sepuluh fitrah manusia, dan sejauh mana pengaruh relasi kuasa dalam munculnya variasi matan hadis sepuluh fitrah manusia. Penelitian ini menggunakan dua teori yaitu teori relasi kuasa milik Michel Foucault, dan teori intregating link milik Iftikhar Zaman. Setelah melakukan riset, ditemukan beberapa kesimpulan yaitu matan hadis adalah bagian dari komponen hadis, atau materi hadis yang terletak setelah penyebutan sanad hadis. Ruang lingkup matan tidak dibatasi hanya yang berasal dari sabda Nabi Muhammad, tetapi juga termasuk informasi yang berasal dari sahabat dan tabi’in dapat disebut dengan matan. Adapun yang dimaksud dengan relasi kuasa adalah ragam hubungan yang dilakukan secara sadar di manapun hubungan itu berada, kemudian saling mendukung dan membentuk sebuah sistem dan pola tertentu dalam keanekaragaman sosial. Selanjutnya ditemukan bahwa hadis sepuluh fitrah manusia memiliki 349 variasi lafaz matan, yang berada dalam 124 kitab yang berbeda. Lalu munculnya variasi matan hadis sepuluh fitrah manusia dipengaruhi oleh relasi kuasa yang dapat dilihat pada dua faktor, yaitu faktor penutur-lawan tutur, dan faktor diskursus-tema. Faktor diskursus-tema dapat dilihat dari tema yang paling banyak muncul dalam seluruh jalur sanad, yaitu tema tentang memotong kumis, yang muncul atau diulang sebanyak 130 kali. Jumlah pengulangan tema memotong kumis yang banyak, menghasilkan data bahwa tema ini lebih sering dibicarakan daripada tema-tema lainnya. Ketika sering dibicarakan, maka kemungkinan tema ‘memotong kumis lebih sering diriwayatkan daripada tema-tema lainnya lebih besar. Selanjutnya pengaruh penutur-lawan tutur dapat dilihat dari data bahwa dalam tema-tema yang muncul pada jalur-jalur sanad hadis sepuluh fitrah manusai, memiliki variasi-variasi lafaz yang berbeda, dan variasinya tidak sama antara satu jalur dengan jalur lainnya. Ini membuktikan bahwa para perawi juga mempunyai pengaruh relasi kuasa dalam munculnya variasi matan, dikarenakan setiap perawi mempunyai kemampuan bahasa dan intelektual yang berbeda-beda, sehingga memunculkan kemungkinan adanya reduksi bahasa ketika menerima matan hadis, atau ketika meriwayatkan kembali kepada perawi selanjutnya. %Z Pembimbing: Dr. Ali Imron, S.Th.I., M.S.I.