TY - JOUR ID - digilib505 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/505/ A1 - ABURISMAN, Y1 - 2008/07/09/ N2 - Studi Sejarah Kebudayaan memberikan kesan kepada kita bahwa ilmu pengetahuan itu berinduk kepada filsafat. Filsafat menghadapi segala masalah dengan pemikiran radikal, berusaha mengungkap hakekat sesuatu obyek secara tuntas, hingga diperoleh kebenaran hakiki. Kemudian berangsur-angsur muncul berbagai cabang ilmu pengetahuan, yang taraf pemikiran untuk memperolehnya tidak seradikal pemikiran filsafat. Corak dan sebutan ilmu pengetahuan itu bergantung kepada macam obyek formal yang menjadi acuan memandangnya. Cara kerja filsafat dan ilmu pengetahuan itu terikat oleh suatu syarat yang sama, ialah sifat ilmiah. Yakni jalan pemikiran yang harus menampilkan hubungan ketat antara sebab dan akibat, anteseden dan konsekuen, mukaddimah dan natijah, antara alasan dan kesimpulan. Semuanya itu diatur oleh logika, suatu ilmu yang memberi aturan cara kerja akal agar runtut dan benar. Oleh karena itu wajarlah apabila orang berkata, bahwa filsafat dan ilmu pengetahuan itu beribu kepada logika. Kebudayaan tidak akan berkembang kalau tidak didukung oleh kerja akal yang logik. Bangsa yang tidak mau berlogika, alam pemikirannya akan berhenti, kebudayaannya akan beku. Kalaupun terjadi kontak budaya dengan bangsa lain, tiada mampu mengolah dan mengadaptasikannya kepada norma budayanya sendiri. Sekiranya diterima, penerimaannya secara mentah, utuh tiada terolah, dan mungkin begitu saja diakui sebagai miliknya sendiri. Umat Islam pada kurun awal penyebarannya, berkomunikasi dengan sebagian kaum Nasrani yang menggunakan filsafat Yunani dan logika Aristoteles untuk memperkuat faham dan doktrin mereka. Bagaimanakah sikap Muslimin? Apakah mereka acuh tak acuh? Atau menerima tanpa kritik? Menerima apa adanya lalu menamainya dengan sebutan Islam? Ataukah dengan mengolah, menyaring, dan menyempurnakannya sesuai dengan hasil penilaian dan pemikiran mereka? Kebanyakan orang Barat, yang pada umumnya beragama Nasrani, yang barangkali melupakan sejarah, bahwa gereja mereka pernah menyengsarakan umatnya yang menerima filsafat Yunani dan logika Aristoteles secara keseluruhan-, sering menuduh bahwa orang Islam hanya menjiplak kebudayaan Barat saja. Antara lain, J.W.M. Bakker S.Y. dalam bukunya Sejarah Filsafat Dalam Islam mengatakan : ........ corak keislaman dari filsafat ini hanya lahir dan tidak langsung ..... (Bakker, 1978 : 8). Artinya hanya lahirnya saja, hanya tempelan, tidak langsung tumbuh dario benih Islam sendiri. Dalam bidang logika antara lain Nicholas Rescher menyatakan : Logika Arab, sebagaimana lain-lain ilmu pengetahuan serta filsafat Arab pada abad Tengah, seluruhnya bersifat Barat, dan sama sekali tidak berhubungan dengan filsafat Timur (Rescher, dalam Edwards, 1972 : 552). b PB - Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta JF - /Jurnal/Al-Jamiah/Al-Jamiah No. 34 Th. 1986/ KW - Al Farabi KW - Logika KW - Aristoteles TI - AL FARABI DAN LOGIKA ARISTOTELES AV - public ER -